PDIP Pertanyakan Peran Polisi Saat Ricuh di Jogokariyan

28 Januari 2019 20:45 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua DPD PDI Perjuangan DIY Bambang Praswanto (kiri) dan Sekretaris DPD PDI Perjuangan DIY Yuni Setia Rahayu (kanan). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua DPD PDI Perjuangan DIY Bambang Praswanto (kiri) dan Sekretaris DPD PDI Perjuangan DIY Yuni Setia Rahayu (kanan). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sekretaris DPD PDI Perjuangan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Yuni Setia Rahayu, menyesalkan kericuhan yang terjadi di sejumlah titik usai simpatisan Jokowi menggelar deklarasi di Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Minggu (27/1). Dia juga menyayangkan peran polisi saat kericuhan terjadi di depan Masjid Jogokariyan.
ADVERTISEMENT
Hal yang paling ia sorot yakni adanya seseorang yang membawa pedang untuk menghalau konvoi. “Masyarakat di jalan bisa nyeret pedang. Kenapa polisi membiarkan? Itu yang kami sesalkan,” katanya di Kantor DPD PDIP DIY, Senin (28/1). Yuni tak menjelaskan siapa dan kelompok mana yang menyeret pedang itu.
Yuni menjelaskan, acara deklarasi terhadap capres nomor urut 01 itu digagas Aliansi Masyarakat Yogyakarta. Acara itu, kata Yuni, digelar dengan izin polisi. Karena sudah mendapatkan izin, menurut Yuni, seharusnya polisi bisa membuat suasana kondusif hingga massa bubar. Sebab menurut dia, keamanan di sekitar lokasi saat berlangsungnya acara merupakan tanggung jawab polisi.
“Kalau memang ini kegiatan tidak diizinkan. Ini ya dibilang tidak diizinkan. Peserta pilpres seperti dibenturkan. Kami tidak pernah menyerbu (masjid),” katanya.
ADVERTISEMENT
Yuni mengatakan sejak dahulu jalur Jogokariyan memang terkenal rawan. Dia heran di hari biasa Jogokariyan selalu dijaga tapi kemarin tidak. "Hari biasa itu Jogokariyan dijaga lho,” kata Yuni.
Suasana Masjid Jogokariyan usai kerusuhan di Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Masjid Jogokariyan usai kerusuhan di Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
Yuni juga menampik ada penyerbuan ke masjid. Justru dia menilai ada yang sedang membenturkan pendukung capres nomor 01 dan capres nomor 02 pada kericuhan itu.
“Bahwa ada sampai penyerbuan ke masjid itu hoaks. Kita ini seperti diadu domba atas peserta pilpres nomor 1 dengan 2 dibenturkan. Ini ada apa?,” katanya.
Sementara itu Ketua DPD PDI Perjuangan DIY, Bambang Praswanto, mengatakan deklarasi dukungan untuk Jokowi yang digelar Aliansi Masyarakat Yogyakarta itu bukan inisiasi dari partainya. Menurut dia, deklarasi itu murni dari gerakan masyarakat di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Bambang mengatakan pada saat deklarasi itu berlangsung, sejumlah kader PDI Perjuangan sedang melakukan rapat internal. Namun Bambang mengaku sebagian dari massa yang deklarasi itu ada kader partai bergambar banteng moncong putih.
Ricuh di depan Masjid Jogokariyan pada Minggu (27/1) sore ini ramai diperbincangkan. Menurut keterangan polisi, massa bergerak usai deklarasi dukungan Jokowi - Ma'ruf di Stadion Mandala Krida.
Kemudian saat massa melintas di depan masjid, terjadi kericuhan dengan pemuda setempat. Hingga akhirnya didamaikan polisi dan Muspika. Masjid Jogokariyan merupakan masjid bersejarah yang diresmikian oleh ketua Muhammadiya Kota Yogya pada tahun 1967.
Masjid yang berdiri di Kampung Jogokariyan ini merupakan masjid percontohan nasional, yang melibatkan masyarakat sekitar untuk menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas.
ADVERTISEMENT