PDIP: Posko BPN di Solo Sepi, Tak Pengaruhi Elektabilitas Jokowi

22 Januari 2019 9:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bambang Wuryanto, sekretaris fraksi PDIP, di KPK. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bambang Wuryanto, sekretaris fraksi PDIP, di KPK. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto menanggapi soal hasil survei lembaga Media Survei Nasional (Median) yang menyebut elektabilitas Jokowi-Ma'ruf pada bulan Januari 2019 di Pulau Jawa turun dibandingkan November 2018. Faktor elektabilitas Jokowi turun karena keseriusan Prabowo-Sandi yang membangun posko Badan Pemenangan Nasional (BPN) di Pulau Jawa seperti Solo.
ADVERTISEMENT
Menurut Bambang Wuryanto, sebenarnya posko-posko yang dibangun oleh BPN tidak memberikan efek apapun terhadap Jokowi-Ma'ruf karena di posko tersebut tidak ada aktivitas apapun. Apalagi posko BPN itu depan-depanan dengan posko PDIP yang selalu ramai oleh simpatisan.
"Nah sampeyan mesti datang ke tempat posko yang dibuat itu, BPN (Badan Pemenangan Nasional). Apakah poskonya aktif apa tidak? Lah poskonya sepi gitu, gimana? Artinya tidak terlihat adanya aktivitas kalau itu sebagai pos komando," kata Bambang Wuryanto, Selasa (22/1).
"Kenapa begitu? Karena posko yang dekat rumahnya Pak Jokowi itu berhadapan dengan posko PDI. Yang notabene ramai terus, yang itu hanya posko kelas kecamatan," lanjut dia.
Jadi, Bambang Wuryanto menjelaskan dirinya tak bisa menganggap pemindahan posko Prabowo-Sandi ke Solo mempengaruhi elektabilitas Jokowi-Ma'ruf. Termasuk karena masalah aksi 212 beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak mengatakan itu berpengaruh apa tidak. Tetapi faktanya kalau posko tidak ada aktif," ucap Bambang Wuryanto.
Timses Paslon 01 Aria Bima di Hotel Bidakara. (Foto: Muhammad Lutfan Darmawan/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
Timses Paslon 01 Aria Bima di Hotel Bidakara. (Foto: Muhammad Lutfan Darmawan/kumparan )
Bambang Wuryanto kemudian menyoroti Median yang melakukan survei tersebut. Bambang menilai, Median merupakan lembaga survei yang selalu berpihak kepada BPN dan koalisinya.
"Dia selalu berada pada survei yang mewakili kepentingannya PKS. Itu dari zaman Pilkada. Median surveinya ada keberpihakan," bebernya.
Median ditambahkan Bambang juga bisa memainkan margin error dalam survei menurunnya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di Pulau Jawa. Meski memainkan margin error namun Bambang menyebut metodelogi itu masih bisa dipertanggungjawabkan.
"Jadi kalau kita bermain di margin error saja sudah kaceke okeh (jaraknya banyak), misalnya saya jagonya si A, maka saya kasih margin error paling atas. Misalnya margin errornya 4,8 ya survei hari ini ditambah 4,8. Kemudian di lawan kita turunkan 4,8. Kan begitu," jelas Bambang Wuryanto.
ADVERTISEMENT
Lalu Bambang menjelaskan hanya Median saja yang melakukan survei tersebut dengan hasil seperti itu.
"7 atau 8 survei yang lain hasilnya beda dengan yang dilakukan Median," paparnya.
Sedangkan Direktur Program Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Aria Bima, mengaku cuek saja dengan hasil survei Median. Karena sebagai lembaga survei, Median bisa menaikkan persentase dari Prabowo-Sandi.
Yang jelas saat ini pihak Jokowi-Ma'ruf terus bekerja untuk memenangkan Pilpres 2019. Aria Bima menuturkan tak ada strategi khusus untuk mempertahankan elektabilitas di Pulau Jawa.
"Enggaklah (elektabilitas menurun). Mau Pak Sandi naik, mau saya turun, semua lembaga survei silakan. Saya kira enggak ada soal ya. Itu namanya juga lembaga survei, demokrasi ya," ungkap Aria Bima.
ADVERTISEMENT
"Mau ngitung menaikkan bisa. Mau 60 persen Pak Prabowo silakan. Mau 70 persen monggo. Monggo-monggo subjektivitas lembaga survei ya. Saya kira bukan kami yang menilai ya. Kami cuma kerja saja terus. Enggak ada pengaruhlah. Dari dulu sudah jalan biasa. Enggak ada perubahan apa," tutur Aria Bima.