PDIP Soal Megawati Hadir di Peluncuran Buku Bung Besar yang Disita TNI

10 Januari 2019 9:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari. (Foto: Muhammad Lutfan Darmawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari. (Foto: Muhammad Lutfan Darmawan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Koramil 01 Padang Barat-Padang Utara bersama Kejaksaan Negeri Padang menyita 6 buku yang diduga berpaham komunis.
ADVERTISEMENT
Salah satu buku yang disita adalah buku 'Mengincar Bung Besar' yang pada bagian kata pengantar ditulis oleh Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri. Peluncuran buku terbitan Buku Kompas itu dihadiri pula oleh Megawati dan mantan wapres Jenderal (Purn) Try Sutrisno.
Menanggapi kehadiran Megawati di acara peluncuran buku tersebut, politisi PDIP Eva Kusuma Sundari, meyakini Megawati merupakan sosok yang Pancasilais dan bukan pendukung komunisme.
Ia juga mendukung upaya TNI memerangi paham komunis di Indonesia.
"Prinsipnya mendukung, tapi protapnya yang benar saja. Menurutku, Ibu Mega itu sangat Pancasilais, anaknya penggali Pancasila," ujar Eva saat dihubungi, Kamis (10/1).
TNI dan Kejaksaan di Padang menyita buku yang dianggap berisi komunisme. (Foto: Dok. Langkan)
zoom-in-whitePerbesar
TNI dan Kejaksaan di Padang menyita buku yang dianggap berisi komunisme. (Foto: Dok. Langkan)
Selain itu, menurut Eva, TNI memiliki prosedur dalam menyita buku yang dianggap memiliki paham di luar ideologi Pancasila. Prosedur tersebut telah ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi.
ADVERTISEMENT
"Penyitaan itu caranya tidak boleh dengan satu buku dibawa gitu, tapi beberapa lembar dibawa ke kejaksaan terus kemudian dibawa ke pengadilan, terus kalau di dalam lembar itu terindikasi atau ada muatan komunisme, maka ya diambil," tutur Eva.
TNI dan Kejaksaan di Padang menyita buku yang dianggap berisi komunisme. (Foto: Dok. Langkan)
zoom-in-whitePerbesar
TNI dan Kejaksaan di Padang menyita buku yang dianggap berisi komunisme. (Foto: Dok. Langkan)
Anggota Koramil 01 Padang Barat-Padang Utara dan Kejaksaan Negeri Padang menyita 6 buku pada Selasa (8/1). Salah satunya, buku 'Mengincar Bung Besar' yang dirilis diluncurkan pada 30 November 2017 di Museum Nasional Jakarta, tepat 50 Tahun Tragedi Cikini.
Megawati memberikan kata pengantar sekaligus memberikan sambutan dalam peluncuran buku itu. Selain itu, mantan Wapres RI Jenderal (Purn) Try Sutrisno juga hadir. Keduanya hadir sebagai Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), dewan bentukan Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
"Buku tentang kisah Bung Karno ini berguna bagi generasi muda dan para calon pemimpin bangsa. Kita jadikan sejarah sebagai cermin agar bisa memahami masa kini dan meneropong masa depan kita sebagai bangsa yang terhormat serta bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di dunia,” demikian kata Megawati dalam kata pengantar.
Tujuh Upaya Pembunuhan terhadap Bung Karno
'Mengincar Bung Besar' merupakan buku yang ditulis media sejarah Historia. Buku dengan 160 halaman yang diterbitkan penerbit buku Kompas itu mengulas tentang tujuh upaya pembunuhan terhadap Bung Karno yang gagal.
"Jadi Bung Karno itu selama jadi Presiden, pernah berkali-kali mau dicoba dibunuh, secara fisik serangannya," ujar Pemimpin Redaksi Historia, Bonnie Triyana, seperti dilansir Langkan.id, Rabu (9/11).
ADVERTISEMENT
Salah satunya tentang peristiwa pelemparan granat pada 30 November 1957 di Cikini, Jakarta Pusat. Salah seorang saksinya yakni presiden ke-5, Megawati. Saat itu, banyak anak-anak yang meninggal dunia saat peristiwa tersebut.
Selain itu, ia juga bercerita tentang peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno di Makassar. Tak hanya itu, ada juga peristiwa penembakan terhadap Bung Karno saat salat Idul Adha.
"Bayangkan, Bung Karno lagi salat Idul Adha ditembak dari belakang. Jadi pembelajaran buat kita semua. Dulu konfliknya juga sama seperti itulah politik itu ya, ada kelompok merasa paling benar dari yang benar, ada yang paling baik dari yang baik," katanya.
Bonnie mengatakan, Historia menuliskan laporan khusus itu sesuai prinsip-prinsip jurnalisme. Tujuannya agar masyarakat mengetahui di Indonesia pernah terjadi percobaan pembunuhan terhadap presiden.
ADVERTISEMENT