Pembangunan Restoran Megah di Lokasi Tragedi Bom Bali Tetap Berlanjut

29 April 2019 16:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Monumen Bom Bali di Jalan Legian Kuta yang selalu padat pengunjung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Monumen Bom Bali di Jalan Legian Kuta yang selalu padat pengunjung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah Australia mengecam pembangunan restoran lima lantai di eks Sari Club yang menjadi salah satu lokasi tragedi bom Bali 2002 lalu.
ADVERTISEMENT
Merespons kritik itu, Lila Tania yang mengaku pemilik tanah akan tetap melanjutkan pembangunan restoran itu.
Ada beberapa alasan bagi Tania untuk melanjutkan pembangunan itu meski ia juga adalah korban dari tragedi itu. Pertama, sudah lebih dari 17 tahun tanah itu tidak digarap. Imbasnya, penghasilan keluarga sudah menipis. Kedua, lahan itu telah dijadikan parkir liar. Pun demikian, pihaknya tetap saja membayar pajak atas tanah itu.
"Tanah milik kami itu hak kami, mau dijual terserah, mau kami sewakan terserah. Jadi karena berselang waktu cukup lama kami enggak punya penghasilan. 17 tahun pihak keluarga tidak menghasilkan. Itu dijadikan parkiran liar pun kami tidak mendapatkan hasil sepeser pun. kami tetap wajib membayar pajak atas tanah itu. Sekian lama keluarga besar terpuruk," kata Tania saat jumpa pers di Hotel J4, Jalan Raya Legian, Senin (29/4).
ADVERTISEMENT
Tania menegaskan, pihaknya juga telah mendapatkan izin dari pemerintah daerah Badung dengan resmi. Izin itu, kata dia telah diperoleh dengan susah payah. Maka, pada Rabu (1/5) mendatang, pihaknya akan melakukan peletakan batu pertama.
"Enggak mudah mendapatkan surat itu enggak mudah. Intinya surat yang saya dapatkan melalui prosedur dan saya enggak kenal dengan pejabat pemerintah disini pun. Saya, intinya mendapatkan surat itu dengan prosedur dengan aturan dan prosedur yang dijalankan," ujar dia.
Tania juga berencana, tetap membangun sesuatu untuk mengenang para korban bom Bali 2002 lalu. Ini juga diperuntukkan untuk menghargai para korban.
"Saya rasa konteksnya lebih tepat dengan museum. Tentu nanti ada keluarga-keluarga dari korban ingin meletakkan foto beliau apa nantinya kalau ini sudah disetujui. itu kan nanti museum kenang-kenangan dari mereka semua. Kita akan respek secara positif. bentuknya seperti apa kita belum bisa menyampaikan karena suasana, kita ingin suasana yang tenang dulu," kata dia.
ADVERTISEMENT
Tania mengaku, ia juga tengah melakukan negosiasi dengan pihak pemerintah Australia atau korban Bom Bali yang tergabung dalam Bali Peace Park atas pembangunan memorial Park di lokasi itu. Namun, hingga saat ini belum ada negosiasi yang sepakat dihasilkan. Mau tak mau, pembangunan restoran harus dilanjutkan.
"Jadi kami negosiasi dengan pihak Australia masih belum deal, belum deal dalam arti pihak Australia belum memberi keputusan positif ke pihak kami. Untuk monumen itu sendiri bahkan pihak BPPA (Bali Peace Park Association,red) sudah mendahului kita. Dia sudah membangun Bali Peace Park yang sudah dishare di web, mereka sudah mendesain sementara ownernya belum desain. Kalau memang dari pihak BPPA ingin tanah tersebut ini kan milik pribadi. Ya belilah sesuai harga pasaran, kalau mau menyewa ya silakan. sebenarnya kan gampang-gampang saja," kata dia.
ADVERTISEMENT
Ia juga menegaskan, masih membuka pintu negoisasi kepada pihak Australia dan keluarga korban. Ia mengaku negosiasi ini terus mandeg karena baik pihak pemerintah Australia atapun BPPA masih belum memberi kejelasan atas negoisasi yang ditawarkan. Pun demikian, Tania enggan membeberkan masalah mandegnya negosiasi ini.
"Saya tanya kalau harga pasaran berapa. Kalau mereka sanggup membeli ya silahkan. Di satu sisi mereka bilang saya akan membeli di satu sisi saya akan menyewa, jadi kita bingung," ujar dia.
Tania juga menegaskan, akan membawa ke jalur hukum bila pihak BPPA ngotot menerbitkan peta memorial park di eks Sari Club tanpa mendapatkan persetujuan atau kesepakatan dengan pihak Tania.
"Karena sudah keluar IMB dari pihak kami tetap membangun selama enggak ada niat dari BPPA untuk membeli yang kami tawarkan. Kalau mau beli ya belilah, Tapi gedung tetap dibangunin, kita bangun gedung itu untuk sejahterakan Bali. Toh nanti pekerjanya nanti dari Bali. Jadi, adapun pelaku bisnis adalah masyarakat Bali sendiri. konsepnya hanya untuk bangun di situ agar bisa hidup lagi," beber dia.
ADVERTISEMENT
"Kami juga selaku keluarga juga ada korban. Tapi, di sini kita bicara damai lah, kalau memang pihak itu sudah menggalang dana dan punya plan sendiri tanpa sepengetahuan pihak kami, jangan sampai ada terjadi kami melangkah ke jalur hukum atas tanah yang di-publish tanpa pemberitahuan dari pihak keluarga," tutup Tania.