Pembantaian Rohingya di Myanmar, Aung San Suu Kyi Didesak Mundur

30 Agustus 2018 12:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aung San Suu Kyi. (Foto: REUTERS/David Gray)
zoom-in-whitePerbesar
Aung San Suu Kyi. (Foto: REUTERS/David Gray)
ADVERTISEMENT
Pemimpin De Facto Myanmar Aung San Suu Kyi didesak mundur. Desakan muncul setelah Tim Pencari Fakta PBB mengumumkan laporan awal mengenai adanya genosida terhadap warga Rohingya.
ADVERTISEMENT
Pembantaian tersebut dilakukan oleh beberapa pejabat militer, salah satunya adalah Panglima Tentara Myanmar Tatmadaw Senior Jenderal Min Aung Hlaing.
Terkait laporan tersebut eks Kepala Dewan HAM PBB Zeid Ra'ad al-Hussein menyayangkan tak ada tindakan berarti nyata yang dilakukan Suu Kyi.
Tentara Myanmar. (Foto: STR/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Myanmar. (Foto: STR/AFP)
"Dia punya posisi untuk melakukan sesuatu," ucap Hussein seperti dikutip dari BBC, Kamis (30/8).
"Mungkin dia akan tetap diam, atau lebih baik dia mundur," sambung Suu Kyi.
Al-Hussein menyarankan agar Suu Kyi tak lagi takut pada kepentingan segelintir golongan saja. Sebab, pemimpin Myanmar adalah Suu Kyi bukan kelompok lain.
"Dia tak perlu berperan seperti juru bicara militer Myanmar, ia seharusnya bisa berkata, saya siap menjadi pemimpin negara tanpa syarat apa pun," sebut dia.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan awal yang dikeluarkan PBB mereka menyebut kekerasan oleh Tentara Myanmar menyebabkan 10 ribu orang tewas dan 700 ribu lainnya mengungsi.
Laporan Tim misi pencari fakta Dewan HAM PBB yang diketuai Marzuki Darusman asal Indonesia pada awal pekan ini mengungkapkan dengan gamblang kekejian yang dialami Rohingya, dilakukan oleh tentara pemerintah Myanmar, bahkan sejak tahun 1960-an. Agustus tahun lalu adalah salah satu peristiwa terparah.
Jenderal Min Aung Hlaing. (Foto: REUTERS/Soe Zeya Tun)
zoom-in-whitePerbesar
Jenderal Min Aung Hlaing. (Foto: REUTERS/Soe Zeya Tun)
Dengan alasan memberantas separatisme dan terorisme kelompok bersenjata, militer Myanmar menggeruduk desa-desa Rohingya di Rakhine yang mereka sebut "operasi pembersihan". Operasi ini sejatinya adalah pembantaian manusia.
Rumah-rumah warga Rohingya dibakar, mereka dibunuh dengan cara keji, perkosaan massal, tidak pandang bulu, pria, wanita, atau bahkan anak-anak.
ADVERTISEMENT