Pembebasan ABK WNI di Benghazi Berkat Diplomasi, Bukan Bayar Tebusan

2 April 2018 15:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
zoom-in-whitePerbesar
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
ADVERTISEMENT
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia di Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan enam WNI yang disandera kelompok bersenjata di Benghazi, Libya, dapat dipulangkan ke Tanah Air berkat upaya diplomasi.
ADVERTISEMENT
Iqbal menampik adanya uang tebusan untuk memulangkan keenam anak buah kapal itu ke Indonesia.
"Saya kira karena pendekatan selama enam bulan terakhir, upaya-upaya diplomasi yang dikedepankan. Indonesia dan Libya berhubungan baik, pendekatan ini berhasil diupayakan," kata Iqbal usai serah terima keenam WNI itu kepada keluarganya di Kemlu, Jakarta, Senin (2/4).
Keenam WNI itu disandera dari kapal ikan berbendera Malta pada 23 September tahun lalu. Mereka ketika itu tengah mencari ikan di perairan sekitar 23 mil dari Benghazi. Keenamnya baru berhasil dibebaskan enam bulan kemudian, akhir Maret lalu.
Iqbal mengatakan, kondisi politik di Libya sangat kompleks usai aksi pemberontakan pada 2011 lalu yang menewaskan Muammar Khadafi. Saat ini, Libya masih dihuni oleh para kelompok bersenjata.
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
zoom-in-whitePerbesar
Serah terima 6 ABK yang disandera di Libya (Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri RI)
Itulah sebabnya, lanjut dia, berita penyanderaan tidak pernah sampai ke media. Barulah ketika mereka dibebaskan, publik Indonesia mengetahuinya.
ADVERTISEMENT
"Kondisi politik di lokasi sangat kompleks. Kalau dipublikasikan, kami khawatir kontraproduktif terhadap upaya pembebasan. Kami ingin fokus pada upaya pembebasan," kata Iqbal.
Kedekatan hubungan kedua negara yang memudahkan jalan tim Kemlu dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk membebaskan para WNI.
"(Dengan diplomasi) bisa melewati jalan yang sukar dijangkau. Bahkan ada 12 check point, tapi di sana kami lancar saja," ujar Iqbal lagi.
Iqbal juga menambahkan pendekatan kepada kelompok bersenjata juga melalui upaya kedekatan religi.
"Prosesnya panjang, dan mungkin mereka tahu karena sanderanya dari Indonesia dan sebagian besar Islam, jadi mereka bisa luluh," kata dia.