Pemilu Turki Dimulai, Erdogan Berpeluang Menang Tipis

24 Juni 2018 9:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Foto: AFP/Aris MESSINIS)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Foto: AFP/Aris MESSINIS)
ADVERTISEMENT
Hampir 60 juta rakyat Turki di dalam dan luar negeri akan menggunakan hak suara mereka pada pemilu presiden dan parlemen, Minggu (24/6). Presiden Recep Tayyip Erdogan menghadapi tantangan berat dari beberapa capres, namun dia diprediksi tetap menang walau terpaut tipis dalam perolehan suara.
ADVERTISEMENT
Seharusnya pemilu Turki baru akan digelar pada November 2019, namun Erdogan pada April memajukan jadwalnya menjadi tahun ini. Dia mengatakan kala itu, rakyat Turki perlu kepastian di tengah kondisi mencekam di kawasan, terutama ketika mata uang anjlok dan pertempuran Turki di Suriah dan Irak.
Pemilu hari ini akan mengantarkan Turki pada sistem pemerintahan baru yang disepakati pada referendum April 2017. Nantinya, sistem negara parlementer Turki akan berubah menjadi presidensial.
Di bawah sistem baru nanti, posisi perdana menteri akan dihapuskan dan diganti oleh wakil presiden. Presiden akan memiliki kekuasaan yang lebih besar, termasuk menentukan anggaran negara tahunan dan menetapkan status darurat sipil yang selama ini dipegang oleh kabinet dan parlemen.
Recep Tayyip Erdogan (Foto: AFP/Aris MESSINIS)
zoom-in-whitePerbesar
Recep Tayyip Erdogan (Foto: AFP/Aris MESSINIS)
Erdogan tidak pernah kalah dalam setiap pemilu dalam 15 tahun memimpin. Berbagai poling jelang pemilu menunjukkan Erdogan akan memimpin dalam perolehan suara. Jika tidak mendapatkan suara lebih dari 50 persen, pemilu presiden putaran kedua akan digelar pada 8 Juli mendatang.
ADVERTISEMENT
Menurut poling terakhir yang digelar Optimar Research Company antara 14 Juni - 20 Juni dikutip dari Express.co.uk, Erdogan mendapatkan suara 51,6 persen. Menyusul di belakang Erdogan adalah capres Muharrem Ince dari Partai Rakyat Republik (CHP) dengan 28 persen suara.
Tiga capres lainnya adalah Selahattin Demirtas dari Partai Demokrasi Rakyat (HDP) yang pro-Kurdi, Meral Aksener dari Partai Gerakan Nasional (MHP), Temel Karamollaoglu dari Partai Felicity (SP) dan Dogu Perincek dari Partai Patriotik (Vatan).
Jelang pemilu, serangan terhadap Erdogan kian gencar, terutama dari Ince. Berpidato di hadapan 1 juta pendukungnya di Istanbul pada Sabtu (23/6), Ince berjanji akan menghapuskan sistem diktator Erdogan.
Capres Turki Muharrem Ince (Foto: AFP/Yasin AKGUL)
zoom-in-whitePerbesar
Capres Turki Muharrem Ince (Foto: AFP/Yasin AKGUL)
Dia juga berjanji akan mencabut status darurat Turki dalam waktu 48 jam usai terpilih presiden. Sampai saat ini, Turki masih dalam status darurat sipil usai kudeta militer yang gagal pada Juli 2016, ribuan orang ditangkapi karena dituduh terlibat jaringan Fethullah Gulen.
ADVERTISEMENT
"Jika Erdogan menang, telepon kalian akan terus disadap. Ketakutan akan merajalela. Jika Ince menang, pengadilan akan independen," kata Ince, seperti dikutip Reuters.
Erdogan dalam kampanye di hari yang sama mengatakan akan melanjutkan proyek infrastruktur besar yang telah menjadikan Turki salah satu negara dengan perekonomian termaju dunia.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Foto: AFP/Aris MESSINIS)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Foto: AFP/Aris MESSINIS)
Para pendukungnya mengamini, mereka mengatakan dengan sistem presidensial, Erdogan akan lebih mudah memimpin.
"Jika dia menang, penghalang di depan akan hilang dan dia akan punya kendali," kata seorang warga Nesrin Cuha, 37.
"Oposisi tidak akan menjadi pengganggu lagi dengan sistem presidensial yang baru," kata pendukung Erdogan lainnya, Engin Ozmen, 60.
Pemungutan suara akan dimulai pada pukul 8 pagi waktu Turki dan berakhir pada 5 sore. Aparat keamanan dikerahkan ke berbagai kota. Di Istanbul saja, sebanyak 38.480 polisi disebar untuk menjaga keamanan, toko-toko alkohol ditutup di hari pemilu.
ADVERTISEMENT