Pemimpin Muslim Sri Lanka Tuntut Pelaku Bom Dihukum Berat

22 April 2019 16:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremasinghe (kedua kanan) mengunjungi lokasi ledakan di gereja St. Anthony's Shrine di Kochchikade di Colombo, Sri Lanka. Foto: AFP/ISHARA S. KODIKARA
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremasinghe (kedua kanan) mengunjungi lokasi ledakan di gereja St. Anthony's Shrine di Kochchikade di Colombo, Sri Lanka. Foto: AFP/ISHARA S. KODIKARA
ADVERTISEMENT
Para pemimpin Muslim di Sri Lanka menuntut agar dalang serangan bom bunuh diri Kolombo mendapat hukuman seberat-beratnya. Pernyataan itu muncul ketika pemerintah menolak memberikan rincian 24 terduga pelaku yang ditangkap karena takut memincu ketegangan etnis.
ADVERTISEMENT
"Kami mendesak pemerintah untuk memberikan keamanan di semua situs keagamaan, juga memberikan hukuman maksimum kepada semua orang yang terlibat dalam tindakan pengecut ini," kata Dewan Teolog Muslim Sri Lanka, All Ceylon Jamiyyathuul Ulama, dilansir AFP, Senin (22/4).
Para pemimpin Muslim sebelumnya juga telah bertemu Uskup Agung Kolombo, Kardinal Malcolm Ranjith. "Atas nama komunitas Muslim Sri Lanka, kami menyampaikan belasungkawa kepada korban dan mengulurkan tangan persahabatan sebagai bentuk solidaritas."
Dua orang otoritas keamanan sedang berjaga di Negombo, Sri Lanka, di bom. Foto: Reuters
Minggu (21/4) lalu, Sri Lanka diserang delapan bom bertubi-tubi. Tiga gereja di pusat kota dibom, yakni Gereja St. Anthony Shrine, Gereja St. Sebastian, dan gereja di wilayah Batticaloa, timur Kolombo.
Sementara ledakan lainnya menyerang empat hotel, yakni Grand Cinnamon, Shangri-La, Kingsbury, dan sebuah hotel yang berada di dekat kebun binatang nasional. Rangkaian bom diledakkan saat para jemaat tengah melaksanakan kebaktian Hari Paskah. Terakhir, bom bunuh diri meledak di sebuah rumah ketika polisi menyergap pelaku.
ADVERTISEMENT
Dewan Shoora Nasional, kelompok 18 organisasi Muslim di Sri Lanka, juga ikut berbelasungkawa terkait serangan ini. Mereka mendesak pemerintah segera mengungkap pelaku.
Hingga kini, polisi belum mengidentifikasi 24 pelaku yang ditangkap. Sumber kepolisian baru menyatakan bahwa 24 orang itu berasal dari satu kelompok radikal yang sama.
Kepolisian Sri Lanka sebelumnya sudah mengeluarkan peringatan soal adanya ancaman bom bunuh diri yang mengincar gereja. Peringatan itu dikeluarkan 11 April 2019, sepuluh hari jelang ledakan.
Suasana terjadinya bom di gereja St. Anthony's Shrine, Kochchikade. Foto: REUTERS
Kepala Kepolisian Sri Lanka, Pujuth Jayasundara, mengirim peringatan yang bersumber dari laporan intelijen ke pejabat tingginya. Berdasarkan peringatan yang dilihat AFP, serangan diprediksi bakal menyasar gereja terkenal di Sri Lanka.
"Agen intelijen asing telah melaporkan NTJ (National Thowheeth Jama'ath/kelompok teroris) merencanakan serangan bom bunuh diri yang menyasar gereja ternama dan Komisi Tinggi India di Colombo," tertulis dalam peringatan itu.
ADVERTISEMENT
NTJ adalah kelompok radikal yang sudah diketahui keberadaannya sejak 2018. Kelompok ini diduga terkait dengan perusakan beberapa patung Buddha.
Total korban jiwa hingga kini sudah mencapai 290 jiwa. Data terbaru, jumlah korban luka sebanyak 500 orang.