Pemuda Mencari Solusi dalam Orange ASEAN Factory 2017

30 Oktober 2017 23:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orange ASEAN Factory 2017 (Foto: Maria Sattwika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Orange ASEAN Factory 2017 (Foto: Maria Sattwika/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lima anak Indonesia turut menjadi bagian dari Orange ASEAN Factory. Dengan beragam latar belakang, kelimanya disebar dalam lima grup yang berbeda, bekerja sama dengan peserta yang datang dari negara ASEAN dan Belanda untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan oleh perusahaan.
ADVERTISEMENT
Orange ASEAN Factory tahun ini dimulai dari tanggal 9 Oktober hingga 26 Oktober 2017. Seluruh tim lalu menyajikan solusi yang berhasil dibuat dalam durasi waktu tiga minggu kepada perusahaan dan publik pada Jumat (27/10) lalu, sekaligus menutup program kerjasama Belanda - ASEAN yang sudah berlangsung selama dua tahun sejak 2016.
Ami Raisya adalah salah satu anak Indonesia yang berhasil lolos dalam program ini. Dengan latar belakang master yang ia dapatkan di bidang environmental energy, Ami mengaku dirinya tertarik untuk mendaftar program ini. Proses seleksi pun ia lalui, mulai dari seleksi berkas hingga tantangan untuk menyelesaikan studi kasus melalui wawancara Skype dengan pihak Orange ASEAN Factory.
Orange ASEAN Factory 2017 (Foto: Maria Sattwika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Orange ASEAN Factory 2017 (Foto: Maria Sattwika/kumparan)
“Sebelumnya saya tahu dari salah satu kawan tentang program ini. Ia bercerita topiknya tentang sustainability, which is oke banget kalau menurut aku. Jadi waktu di UK aku apply, kirim CV dan motivation letter, lalu mereka undang aku untuk Skype interview dan menyelesaikan business case itu,” kata Ami kepada kumparan, Jumat (27/10).
ADVERTISEMENT
Setelah melalui proses seleksi, Ami pun akhirnya berhasil menjadi satu dari 24 peserta yang diundang untuk datang ke Jakarta dan menjalankan program dengan durasi tiga minggu guna mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan isu pembangunan berkelanjutan. Ia terpilih untuk masuk ke dalam tim yang mewakili AzkoNobel, dengan tantangan pengembangan pemasaran ikan di Indonesia.
Selain Ami, ada Indah Soekma dan Fendy Susanto yang juga terpilih untuk mengikuti program ini dan masuk ke dalam kelompok yang berbeda. Indah dipilih masuk ke dalam tim Frisian Flag, sementara Fendy masuk ke dalam tim Unilever.
Berbeda dengan Ami, Fendy datang dengan latar belakang pendidikan doktoral di bidang strategic. Ia tertarik untuk mendaftar Orange ASEAN Factory untuk belajar hal baru dalam hal sustainability.
Orange ASEAN Factory 2017 (Foto: Maria Sattwika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Orange ASEAN Factory 2017 (Foto: Maria Sattwika/kumparan)
“Sempat deg-degan juga karena duh kayaknya susah nih saingan dengan orang Belanda dan negara lain. Tapi setelah coba daftar, ternyata terpilih untuk seleksi interview. Setelah interview dan menyelesaikan tantangan studi kasus, sekitar 2 minggu kemudian masuk pesan bahwa, waah saya terpilih untuk ikut program Orange ASEAN Factory,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Indah pun turut berbagi cerita tentang pengalamannya dalam bekerja sama dengan anggota yang datang dari negara ASEAN dan Belanda. Dengan tantangan pencarian solusi untuk peningkatan produksi susu di Indonesia, Indah dan tiga anggota tim bersama-sama turun ke lapangan untuk secara langsung berkomunikasi dengan peternak di salah satu desa penghasil susu di Lembang, Jawa Barat.
Orange ASEAN Factory 2017 (Foto: Maria Sattwika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Orange ASEAN Factory 2017 (Foto: Maria Sattwika/kumparan)
Sebagai satu-satunya orang Indonesia di kelompok ini, ia berperan sebagai juru bicara timnya. Indah melihat perannya menjadi salah satu bentuk kerja sama tim yang sangat penting untuk menyelesaikan tantangan. Ia mengaku belajar untuk mendengarkan orang lain dan menurunkan egonya selama tiga minggu program berjalan.
“Kita masih muda, cukup ego, bagaimana kita bisa dewasa untuk menurunkan ego kita sendiri dan mendengan orang lain dulu, baru berargumentasi dengan cara yang baik,” tutup Indah.
ADVERTISEMENT