Peneliti ITB: Gunung Krakatau Purba Sudah Kehilangan Tubuhnya

3 September 2018 12:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Anak Krakatau Meletus. (Foto: Dok. BMKG)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Anak Krakatau Meletus. (Foto: Dok. BMKG)
ADVERTISEMENT
Gunung Anak Krakatau yang yang terletak di Selat Sunda, Provinsi Lampung, dilaporkan mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Gunung tersebut tercatat mengeluarkan letusan-letusan kecil yang dicirikan oleh erupsi vertikal setinggi 200-300 m dari puncaknya.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari siaran pers Humas ITB, (3/9), pakar volkanologi ITB Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, ST., MT., melakukan pengamatan aktivtas vulkanik yang bertepatan dengan pelaksanaan Festival Lampung Krakatau ke-28 tahun 2018.
Hasil penelitian Mirzam, letusan-letusan kecil itu berwarna abu vulkanik yang dikeluarkan berubah dari abu gelap ke abu terang hingga akhirnya menjadi putih. Letusan-letusan yang terjadi di Gunung Anak Krakatau telah memperlihatkan waktu erupsi yang konsisten setiap dua tahun.
"Kini, Krakatau Purba, sudah kehilangan tubuh utamanya, sementara Sang Anak Krakatau baru menyusun tubuhnya, dengan letusan-letusan yang sejak 2008 memperlihatkan waktu erupsi yang konsisten yaitu sekitar dua tahunan, yaitu 2008, 2010, 2012, 2014 dan sejak februari 2017 hingga sekarang memperlihatkan peningkatan aktifitas," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, jika letusan pun sampai terjadi, Gunung Anak krakatau kemungkinan hanya memuntahkan letusan kecil yang diikuti lelehan aliran lava.
"Sebuah indikasi yang baik bahwa material letusan-letusan kecil yang terjadi hanya disebabkan oleh air yang terpanaskan tanpa melibat magma. Jika pun letusan terjadi, Anak Krakatau kemungkinan besar hanya berupa letusan kecil yang mungkin akan diikuti lelehan aliran lava," ujar Dr. Mirzam.
Gunung Anak Krakatau merupakan anak dari Gunung Krakatau yang pernah meletus dahsyat 135 tahun silam. Gunung Krakatau tercatat sejarah meletus pada Agustus 1883, letusan yang dihasilkan gunung itu dilaporkan menelan korban jiwa hingga lebih dari 36.400 orang dan menyebabkan tsunami dengan ketinggian lebih dari 15 meter.
Suara ledakan dan gemuruh letusan pun terdengar sampai radius lebih dari 4.600 km, dan terdengar sepanjang Samudera Hindia, dari Pulau Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga penjuru timur ke Australia.
ADVERTISEMENT