Peneliti LIPI: Jamur Dapat Turunkan Kolesterol dan Bersifat Antitumor

6 November 2017 11:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jamur menyehatkan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Jamur menyehatkan. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu sempat ramai tersiar kabar soal keripik jamur tahi sapi yang dapat menyebabkan efek halusinasi. Menurut hasil penelitian, jamur yang bernama ilmiah Psilocybin sp. itu diketahui memiliki kandungan senyawa psilosin yang bersifat halusinosic dan termasuk Golongan 1 Narkotika.
ADVERTISEMENT
Jenis-jenis jamur seperti itu disebut juga sebagai magic mushroom. Mereka secara alami tumbuh pada kotoran hewan sehingga disebut pula sebagai dung mushroom.
Meski beberapa jenis jamur seperti Psilocybe dan Coprinus memiliki kandungan berbahaya yang dapat menyebabkan halusinasi, beberapa jenis jamur lainnya tergolong aman dikonsumsi dan bahkan bermanfaat bagi tubuh manusia. Jamur-jamur yang aman dikonsumsi ini digolongkan sebagai jamur pangan (edible mushroom).
Dari hasil penelitian, rata-rata jamur memiliki kandungan gizi yang tinggi, antara lain mengandung 19-35 persen protein lebih tinggi dibanding beras (7,38 persen) dan gandum (13,2 persen). Selain itu, jamur juga memiliki 19 jenis asam amino esensial dari 20 asam amino yang selama ini dikenal.
Jumlah kandungan seratnya yang berkisar antara 7,4 sampai 24,6 persen membuat jamur sangat baik untuk pencernaan. Selain itu, jamur juga cocok bagi pelaku diet karena mempunyai kandungan kalori yang sangat rendah.
Jamur sebagai menu sarapan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Jamur sebagai menu sarapan. (Foto: Thinkstock)
Peneliti Budidaya Jamur Pangan, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Iwan Saskiawan menuturkan, beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa riboflavin, asam nicotinat, pantothenat, dan biotin (vitamin B) dalam jamur masih terpelihara dengan baik meskipun jamur tersebut telah dimasak.
ADVERTISEMENT
“Selain itu, jamur juga mengandung senyawa yang bersifat antitumor, menurunkan kolesterol, dan antioksidan,” kata Iwan dalam siaran pers LIPI yang diterima kumparan, Senin (6/11).
Karena khasiatnya, kata Iwan, jamur dapat juga dimasukkan ke dalam kategori pangan fungsional. Pengertian pangan fungsional menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah bahan makanan alamiah, bisa juga diperoleh melalui penambahan dari luar atau telah melalui proses, yang mengandung satu atau lebih senyawa yang terbukti secara ilmiah mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan dan dapat dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan.
“Jika fungsi obat terhadap penyakit bersifat kuratif, pangan fungsional dapat dikonsumsi tanpa dosis tertentu, dapat dinikmati sebagaimana makanan pada umumnya, sebagai diet atau menu sehari-hari lezat dan bergizi.”
ADVERTISEMENT
Di Indonesia pembinaan teknis budidaya jamur pangan dilakukan oleh Kementerian Pertanian melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No: 511/Kpts/PD.310/9/2006 tanggal 12 September 2006 tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Hortikultura.
Beberapa jenis jamur yang termasuk dalam Surat Keputusan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jamur merang (Volvariella)
2. Jamur Tiram (Pleurotus)
3. Jamur kuping (Auricularia)
4. Jamur shitake (Lentinus)
5. Jamur kancing/champignon (Agaricus)
6. Jamur lingchi (Ganoderma).