Penerbit Yudhistira Ambil Referensi Ibu Kota Israel dari Internet

18 Desember 2017 17:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susanto, Retno Listyrartidan, dan Djadja Subadja  (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Susanto, Retno Listyrartidan, dan Djadja Subadja (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
ADVERTISEMENT
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memangil penerbit Yudhistira terkait buku IPS untuk siswa kelas VI yang mencantumkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Yudhistira mengakui pihaknya telah melakukan kesalahan lantaran hanya mengambil referensi dari internet.
ADVERTISEMENT
Komisioner KPAI, Retno Listiyarti, mengatakan, dalam hal penilaian perbukuan khususnya buku pendidikan, penerbit seharusnya tidak hanya melihat satu referensi.
"Betul bahwa mereka mengutip hal yang salah, itu referensinya memang internet padahal dalam penilaian perbukuan juga didorong untuk penulis tidak mengambil data sepenting itu dari internet," kata Retno di Kantor KPAI, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Senin (18/12).
Sementara, Kepala Penerbitan Yudhistira Djadja Subadja mengatakan, kesalahan tersebut tidak dilakukan secara sengaja.
"Buku ini memang diakui oleh Yudhistira belum melalui proses penilaian buku, memang diakui terbit sejak tahun 2010. Menurut kami sendiri ketika di Wikipedia pun memang tercantum ibu kota Israel memang disebut Yerusalem," ujar Djaja.
Cetakan buku yang sudah di revisi Yudhistira. (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Cetakan buku yang sudah di revisi Yudhistira. (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
"Tapi sekarang yang berbahasa indonesia sudah diubah," ungkap Djadja.
ADVERTISEMENT
Djadja juga menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Indonesia dan siap bertanggung jawap menyelesaikan permasalahan ini. Djaja mengaku, buku-buku tersebut sedang ditarik dari peredaran dan diganti dengan cetakan baru yang akurat.
"Sejauh ini sudah 5,000 buku yang sudah kita distribusikan ke seluruh Indonesia, namun untuk sekolah yang sudah libur, nantinya akan kita selesaikan di bulan Januari mendatang," tambah Djaja.
Djaja memastikan proses revisi buku sudah dilakukan dan tinggal menunggu hasilnya. Selain itu, kata Djaja, pihaknya juga sudah mencetak buku baru tersebut dan sudah diberikan ke KPAI sebanyak 1 eksemplar.
"Dan yang lama kami tarik kembali. Sebelum kami tarik yang lama, kami berikan terlebih dahulu yang sudah diperbaharui," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Yerusalem sendiri baru diakui sebagai Ibu Kota Israel oleh Amerika Serikat. Saat itu, Presiden AS, Donald Trump, menyebut, pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel adalah untuk mengakhiri perang berkepanjangan antara Palestina dan Israel.
Padahal Yerusalem masih masuk ke dalam wilayah Palestina. Selain mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Trump juga memerintahkan agar Kedutaan Besar AS di Tel Aviv dipindah ke Yerusalem.