Pengacara: Polisi Akan Konfrontir Kivlan Zen dengan Habil Marati

18 Juni 2019 11:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tersangka kasus dugaan kepemilikan senjata api ilegal Kivlan Zen dikawal polisi usai menjalani pemeriksaan di Ditreskrimum, Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (30/5). Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
zoom-in-whitePerbesar
Tersangka kasus dugaan kepemilikan senjata api ilegal Kivlan Zen dikawal polisi usai menjalani pemeriksaan di Ditreskrimum, Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (30/5). Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
ADVERTISEMENT
Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya akan kembali memeriksa Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen terkait dugaan aliran dana rencana pembunuhan lima tokoh, Selasa (18/6). Rencananya, pemeriksaan Kivlan akan dikonfrontir (dipertemukan) dengan para saksi lainnya, termasuk dengan Politikus PPP, Habil Marati, yang diduga menjadi penyandang dana rencana pembunuhan ini.
ADVERTISEMENT
Pengacara Kivlan, Muhammad Yuntri, sebelumnya mengonfirmasi rencana konfrontasi kliennya saat diperiksa pada Senin (17/6). Saat kembali dikonfirmasi, Yuntri kembali membenarkan.
Infografik: Skema pembunuhan 5 tokoh nasional. Foto: Nunki Lasmaria Pangaribuan/kumparan
“Iya, semuanya yang terkait itu. Ada Iwan Kurniawan (HK), Titi, Azmi, Habil, Kivlan. Ini menentukan apakah ini benar apa tidak. Daripada berita yang disangkakan kepada Habil Marati, kalau tidak sesuai, ya, nanti Pak Kivlan dibebaskan dari situ,” ucap Yuntri saat dihubungi, Selasa (18/6).
Senin kemarin, Kivlan dicecar 23 pertanyaan oleh penyidik seputar aliran dana yang diduga diterima dari Habil Marati. Namun, menurut Yuntri, Kivlan sudah membantah terlibat dan mengaku uang yang pernah diterima Kivlan bukan untuk rencana pembunuhan, melainkan untuk aksi Supersemar di Monas.
Habil Marati. Foto: Twitter.com
“Ada 23 lebih kurang. Jadi sudah kita bantah semua, tidak ada keterlibatan aliran dana yang mengarah kepada pembunuhan, pengadaan senjata tidak ada,” ucap Yuntri.
ADVERTISEMENT
Kelima tokoh nasional yang menjadi target pembunuhan itu adalah Menkopolhukam Wiranto, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Kemudian, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere, dan Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.