Pengalaman Berharga Chiki Fawzi Berkurban di Pelosok Indonesia

11 Agustus 2019 17:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chiki Fawzi memegang hewan kurban di Desa Ronting yang terletak di pantai utara Mangarai Timur, NTT. Foto: Aulia Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Chiki Fawzi memegang hewan kurban di Desa Ronting yang terletak di pantai utara Mangarai Timur, NTT. Foto: Aulia Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Tahun ini merupakan kali kedua influencer Chiki Fawzi berkurban di pulau pelosok bersama Dompet Dhuafa.
ADVERTISEMENT
Kali ini ia bertandang ke Kampung Ronting yang terletak di Pantai Utara Mangarai Timur, NTT.
Sebelumnya Chiki terjun ke Pulau Sembalon, Lombok, untuk menyalurkan daging kurban pada Idul Adha 2018.
Kampung Ronting yang ia sambangi ini merupakan desa dengan penduduk muslim terbanyak di tengah-tengah pulau bermayoritas pemeluk Katolik.
Dalam kurban kali ini, Chiki ingin terlibat langsung dalam proses penyembelihan hingga distribusi. Bahkan, Chiki juga terlibat dalam iring-iringan pawai obor pada malam sebelum hari raya.
Chiki Fawzi seorang spokeperson Wardah Beauty saat mengikuti pawai obor di desa Ronting, Nusa Tenggara Timur. Foto: Aulia Fauzi/kumparan
Baginya berkurban dan mengabdi di masyarakat telah menjadi gaya hidup yang ia pilih bertahun-tahun.
"Kurban itu mahal, tapi sebenarnya rasa kepemilikan kita aja yang besar, toh semua cuma titipan," ujar Chiki kepada kumparan Minggu (11/08).
ADVERTISEMENT
Putri dari Ikang Fauzi ini juga ternyata sudah rutin berkurban sejak ia tinggal di Malaysia.
Selain negeri Johor, Chiki berkurban untuk negara-negara muslim Asia. Di antaranya Rohingya dan Vietnam.
Chiki Fawzi seorang spokeperson Wardah Beauty mebagikan daging kurban ke rumah-rumah penduduk di desa Ronting, Nusa Tenggara Timur. Foto: Aulia Fauzi/kumparan
Namun sejak kepulangannya ke Indonesia pada tahun 2012, Chiki mulai berkurban bersama para pengajar Indonesia Mengajar yang ditempatkan di pelosok.
Ketertarikannya berkurban ke pelosok Indonesia karena menurut pandangannya, hal itu dapat melebarkan manfaat dari berkurban.
"Dulu pernah liat daging kurban numpuk di kota besar padahal kalau disalurkan ke pelosok ada manfaat lain," ucap Chiki.
Ia juga melihat bahwa dengan penyebaran daging ke pelosok-pelosok dapat membantu perbaikan gizi masyarakat setempat.
Setelah mengetahui bahwa Dompet Dhuafa rutin memasok daging kurban ke pulau-pulau terluar dan terpencil di Indonesia, akhirnya Chiki melayangkan donasinya ke lembaga tersebut.
Hadrah saat menyambut Dompet Dhuafa di desa Ronting. Foto: Aulia Fauzi/kumparan
Kembali bercerita mengenai Kampung Ronting, Chiki mengaku terharu atas penyambutan yang disiapkan oleh penduduk setempat. Pukulan Hadrah yang ditabuh oleh 12 bapak-bapak desa Ronting menaruh kesan tersendiri di hati Chiki.
ADVERTISEMENT
Ia juga terpukau karena toleransi antar umat beragama di Kampung Ronting sangat kental.
Saat hari-hari besar, umat kristiani dan muslim saling bergantian untuk menjaga keamanan saat ibadah berlangsung.
Ia mengambil contoh kasus dari seorang bapak paruh baya yang ditemuinya, Pak Andreas.
Pak Andreas merupakan pemeluk Kristen Protestan yang turut menjaga keamanan saat solat Ied berlangsung.
"Bapaknya bilang, disini saling menjaga karena dia sodara kita juga, orang-orang disini saling sayang."
Setelah Ronting, Chiki mengaku ingin berkurban di Provinsi Papua. Namun karena belum mendapat restu orang tua, ia akan memilih daerah-daerah lain, hingga ijin menuju Papua terbit.
Chiki berpesan kepada anak muda agar tidak takut berkurban. Karena dengan berkurban dan bersedekah, hal tersebut bisa menjadi bekal untuk akhirat kelak.
ADVERTISEMENT