news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pengalaman Butet Kartaredjasa Saat 'Cuci Otak' dengan dr Terawan

3 April 2018 14:29 WIB
Butet Kartaredjasa (Foto: Tomy Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Butet Kartaredjasa (Foto: Tomy Wahyu/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kabar mengenai pemecatan sementara Mayjen dr Terawan Agus Putranto oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tersebar. Dalam surat yang beredar tersebut, dr Terawan diduga melakukan pelanggaran etik.
ADVERTISEMENT
Di dunia medis, namanya sudah tak asing lagi. Ia dikenal dengan penemuanya metode cuci otak untuk mengobati penderita stroke. Namun, berdasarkan keputusan IDI ini, dr Terawan seharusnya tak lagi dapat membuka praktiknya selama setahun ke depan.
Perjalanan karier Terawan terbilang cemerlang, tercatat ia pernah menjadi tim dokter kepresidenan pada 2009 lalu. Selain itu ia juga menjadi Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto dari 2015 lalu hingga saat ini.
Sebagai Kepala RSPAD, tentu namanya tak asing lagi, terutama bagi mereka yang pernah mengabdi atau berobat di rumah sakit tersebut. Salah satu pasien dr Terawan adalah seniman ikonik Butet Kartaredjasa.
Butet pernah menjadi pasien cuci otak dr Terawan pada tahun 2015. "Kalau memang kontroversi iya, saya tahu. Tapi saya tahu juga pasiennya juga dari beberapa negara lain. Dari Spanyol, dari Singapura, China. Dari mana-mana, dari Eropa itu juga banyak pasiennya," kata Butet kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (3/4).
ADVERTISEMENT
Berikut wawancara lengkap kumparan dengan Butet soal pengalaman menjadi pasien dr Terawan:
Waktu itu tahu dari mana ada praktik dr Terawan?
Kalau tahunnya sih udah lama. Jadi itu nama sudah ada dalam file saya untuk jaga-jaga jika suatu hari saya stroke, saya jadi minta tolong keluarga saya bisa menghubungi dia. Kira-kira begitu. Karena waktu itu terpublikasikan dia menolong siapa, Panbers itu lho... (Benny Panbers-Red). Itu data udah tak simpan.
Selain masalah memori, waktu itu Mas Butet sehat atau merasa gejala penyakit?
Saya waktu itu sehat. Enggak (stroke), justru dalam keadaan sehat saya punya kesadaran untuk ndandanin itu.
DR dr Terawan Agus Putranto (Foto: Twitter @KBRI Den Haag)
zoom-in-whitePerbesar
DR dr Terawan Agus Putranto (Foto: Twitter @KBRI Den Haag)
Saat itu dr Terawan bilang apa dengan keluhan Mas Butet?
Ya dia mencoba, karena saya sendiri yang memahami bahwa urusan blank memory itu adanya di otak, ndak mungkin di dengkul.
ADVERTISEMENT
Prosesnya sendiri bagaimana? Sebelumnya Mas Butet sempat bilang, katanya seperti dialiri oksigen…
Ya, ya sederhananya gitu. Dialiri oksigen lalu dia masuk dalam pembuluh-pembuluh lembut di seluruh rongga otak itu dengan cara dikateter. Kateternya dimasuki semacam kawat lembut gitu di dalam tubuh kita, kayak operasi, kayak pasang pen jantung, itu kan juga kayak gitu teknologi mutakhirnya.
Waktu itu enggak sakit?
Enggak, wong bedrest-nya cuma lima jam aja kok. Habis ditangani itu, cuma bedrest lima jam udah bisa jalan, udah selesai urusan. Mungkin hari ini dengan teknologi baru bedrest cuma tiga jam.
Dan enggak kehilangan kesadaran?
Enggak, enggak. Itu cuma semacam terapi kok. Tapi juga untuk orang yang bermasalah bisa menjadi penolong, gitu. Kalau sayakan konteksnya terapi. Ibarate (umpamanya) mobil ya perlu kau servis gitulah. Nah ini servis ndas (kepala).
ADVERTISEMENT
dr Terawan kerap dituding kontroversial…
Kalau memang kontroversi iya, saya tahu. Tapi saya tahu juga pasiennya juga dari beberapa negara lain. Dari Spanyol, dari Singapura, China. Dari mana-mana, dari Eropa itu juga banyak pasiennya.
Kalau cuma kontroversi itu kan... Ya selalulah peraturan kayak IDI itu menurut saya, selalu telat dengan teknologi kan, dengan kemampuan kecerdasan. Jadi peraturan selalu datang menyusul. Saya nggak ngerti konteksnya apa dipecat itu. Tapi kalau dalam kontroversi, nabi-nabi juga full kontroversi, baru diakui belakangan hari.
Butet Kartaredjasa  (Foto: Tomy Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Butet Kartaredjasa (Foto: Tomy Wahyu/kumparan)
Waktu itu yang Mas Butet dengar kontroversinya seperti apa?
Ya kontroversinya karena penemuan-penemuan itukan belum dilakukan oleh dokter yang lain. Kalau menurut saya, dalam dunia profesi itu, itu persaingan biasa. Cuma dalam persaingankan kadang orang punya kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Kalau saya, jangan kapok karena dipecat IDI. Justru itu kesempatan berjuang terbaik untuk dr Terawan.
Waktu itu enggak pernah dengar ada korban salah praktik?
Aku enggak pernah dengar. Ya kalaupun ada satu dari sekian ribu, ya biasalah. Wong tidak hanya urusan dr Terawan, dokter umum, dokter jantung pun juga semua itu bukan makhluk sempurna, kan? Kalau saya pandangannya itu. Ya ada, namanya apes (kurang beruntung), gitu kan?
Tapi kan itu bukan berarti mematikan seluruh kecerdasan, kreativitas, dan kepintaran dia? Jadi menurut saya ya, IDI harus lebih bijak, gitu.
Bisa diceritakan ulang dengan lebih detail soal proses 'cuci otak' itu?
Jadi kateternya itu bisa dipasang di selangkangan metodekan memasukkan proses kateter itu. Ini biasa dilakukan oleh dokter-dokter jantung hari ini. Dokter jantung itu kalau mau masang pen itu melalui proses kateter. Banyaklah itu urusan kedokteran pakai kateter.
ADVERTISEMENT
Yang dimasukkan itu semacam pipa, pipa kapiler itu tipis sekali, dan kita bisa lihat langsung prosesnya. Lha wong waktu dipasang itu sadar kok kita, melihat videonya, live.
Elemen yang ditransfer?
Setelah pipa itu masuk ke dalam, kan diisi dari luar. Semacam disemprotkan, aku enggak tahu, cairan atau gas atau apa. Pokoknya dimasukkan sesuatu dari luar, itu ya ramuan itu, ramuannya Terawan itu.
Itu Mas Butet merasakan jahe semriwing?
Ya ada yang seperti itu, ada yang lain, lupa aku. Tapi dia selalu melakukannya dengan penuh kegembiraan, dengan nyanyi-nyanyi. Jadi nggak ada ketegangan. Senanglah, kita dibikin happy betul. Dan itu prosesnya 20 menit.
Lima jam bedrest itu setelah proses apa?
ADVERTISEMENT
Kan ada luka, waktu kita di selangkangan itu dimasukin, itu kan disobek dulu di situ. Di apa, urat nadi kita yang ada di situ --nggak tahu urat nadi atau urat apa--urat yang paling besarlah.
Biaya berapa waktu itu?
Lali. Lali, ngono wae, ra tau ngiling-ngiling. (Lupa. Lupa, gitu aja, nggak pernah mengingat-ingat).