Pengungsi Tsunami Palu Tunggu Pasokan Air Bersih

29 Oktober 2018 18:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Devianti, warga Jono Oge yang keguguran. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Devianti, warga Jono Oge yang keguguran. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Satu bulan berlalu, saat ini Sulawesi Tengah dalam proses pemulihan usai diterjang gempa dan tsunami pada 28 September lalu. Di tengah upayanya untuk bangkit, masih ada sejumlah masalah yang terjadi di Sulteng, khususnya Palu.
ADVERTISEMENT
Masalah yang dimaksud adalah kurangnya pasokan air bersih bagi pengungsi. Devianti (29) warga Jono Oge, yang kini mengungsi di posko Desa Pembewe mengaku sudah tiga hari tidak mendapat pasokan air bersih.
"Sudah tiga hari. Tak bisa cuci ini piring segala macam," ungkapnya.
Dia mengatakan, awalnya pasokan air bersih aman. Namun, belakangan ini menjadi sulit dan ia tak tahu mengapa hal itu terjadi.
Menurut Devianti, pemerintah mengestimasikan warga akan tinggal di pengungsian selama enam bulan. Namun dia ragu dengan kelangsungan hidupnya di pengungsian dengan waktu selama itu.
"Baru 1 bulan saja air sudah macet. Sudah tak ada," ungkapnya.
Suasana pengungsian di Desa Pembewe, Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pengungsian di Desa Pembewe, Palu. (Foto: Efira Tamara/kumparan)
Devianti menyebut, kurangnya pasokan air bersih itu membuat satu warga yang tinggal di pengungsian akhirnya meninggal. Warga tersebut merupakan pendeta yang selain karena pasokan air bersih juga karena sudah tua.
ADVERTISEMENT
"Lama-lama saya meninggal di pengungsian," ucap dia.
Ia berharap dirinya tidak tinggal dalam waktu yang lama di pengungsian. Ia berharap agar mendapatkan rumah dari pemerintah karena tak ada lagi harta yang tersisa. Namun ia bersyukur telah tinggal di pengungsian, sebab sebelumnya ia dan keluarganya tidur di bawah pepohonan.
"Pertama di Lolu beratapkan langit. Di bawah-bawah pohon," ceritanya.
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengakhiri masa tanggap darurat penanganan bencana Sulteng pada Jumat (26/10).
"Pertimbangan penetapan status transisi darurat ke pemulihan berdasarkan laporan dari sub satgas bidang infrastruktur, pendidikan, kesehatan, penanganan pengungsi, laporan bupati dan walikota, serta masukan dari Kepala BNPB, dimana kondisi masyarakat sudah kondusif," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan yang diterima kumparan.
ADVERTISEMENT