Penjelasan BMKG soal Hujan Es di Sejumlah Wilayah di Aceh

6 Maret 2019 10:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hujan es Foto: thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hujan es Foto: thinkstock
ADVERTISEMENT
Fenomena hujan es disertai angin kencang menggegerkan sejumlah warga di Dusun Geunie, Desa Lhok Keutapang, Tangse, Pidie, Aceh. Badan Meteorologi Klimatologi dan Klimatologi (BMKG) Aceh meminta warga tidak panik dan tetap waspada di dalam rumah.
ADVERTISEMENT
Hujan es melanda Desa Lhok Keutapang sekitar pukul 15.00 WIB, Selasa (5/3) kemarin. Foto-foto hujan itu sempat beredar di media sosial. Akibat peristiwa tersebut beberapa rumah warga rusak namun tidak ada korban jiwa.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Aceh, Zakaria, menyebutkan pihaknya telah menerima informasi soal fenomena tersebut dan membenarkan adanya hujan es terjadi di wilayah Pidie.
“Setelah saya dapat kabar, iya benar di Pidie,” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (6/3).
Ilustrasi hujan es Foto: Gesit Prayogi/kumparan
Zakaria menjelaskan, fenomena hujan es biasa terjadi dalam siklus hidrologi. Hujan ini disebabkan oleh awan kumulonimbus. Kondisi cuaca tersebut, katanya, tidak membahayakan, namun masyarakat diminta tetap berhati-hati dan berlindung ke tempat lebih aman saat berada di luar rumah.
ADVERTISEMENT
“Tidak membahayakan, hanya saja ketika hujan ini terjadi masyarakat jangan panik dan harus berlindung karena jika terkena sakit juga," ujarnya.
Zakaria menjelaskan, terjadinya hujan es disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama disebabkan awan kumulonimbus yang dekat dengan permukaan bumi. Kemudian, di bawah permukaan awan tersebut suhu udara dingin, dan terjadinya perbedaan tekanan udara yang sangat signifikan.
Di dalam awan kumulonimbus, perbedaan tekanan udara puncak awan dengan permukaan awan sangat signifikan. Sehingga bisa terjadi tekanan udara yang bergerak ke atas. Kemudian juga bisa terjadi down drag, tekanan udara yang bergerak dengan tekanan tinggi ke bawah.
“Sehingga dengan ada tekanan down drag ini bisa menyebabkan angin kencang. Menyangkut fenomena hujan tersebut dengan adanya awan suhu yang dingin sehingga dia tidak mencair. Ditambah ada tekanan udara down drag. Sehingga mempercepat jatuhnya butir-butir es tersebut karena tidak sempat mencair dan sudah mencapai ke permukaan bumi,” kata Zakaria.
ADVERTISEMENT
“Makanya disebut hujan es. Karena butir-butir es tadi belum sempat mencair. Tidak ada hubungan dengan cerita zaman dulu, bahwa hujan itu bisa jadi obat,” tambahnya.
Sementara itu, kata Zakaria, untuk saat ini cuaca di Aceh sedang memasuki masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Di masa-masa ini biasanya kerap terjadi petir, angin kencang sesaat (paling lama 15 menit) namun juga berbahaya .
“Selama masa pancaroba ini kita imbau kepada masyarakat untuk tetap berhati-hati. Mengingat angin kencang juga berbahaya dan bisa merusak, seperti menerbangkan atap rumah, pohon tumbang, dalam lainnya,” ujar Zakaria.