Penjelasan Lion Group soal Penumpang Difabel Turun dari Wings Air

23 Agustus 2019 15:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Wings Air mengalami kerusakan mesin. Foto: Antara/Fiqman Sunandar
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Wings Air mengalami kerusakan mesin. Foto: Antara/Fiqman Sunandar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pihak Lion Group memberikan penjelasan terkait peristiwa diturunkannya penumpang disabilitas saat hendak terbang dari Labuan Bajo menuju Bali. Peristiwa tersebut menimpa penumpang bernama Shinta Utami pada Kamis (22/8).
ADVERTISEMENT
Humas Lion Group Danang Mandala Prihantoro menjelaskan, dalam reservasi (pemesanan tiket) pesawat udara tidak disertakan kondisi Shinta yang disabilitas. Shinta diketahui menggunakan kursi roda (wheel chair) dan tergolong penumpang yang membutuhkan perhatian/ tindakan layanan khusus.
"Petugas layanan di darat mengetahui kondisi penumpang dimaksud ketika proses pelaporan diri (check-in). Petugas sesuai SOP menanyakan dengan memberikan pertanyaan (security question). Setelah mendapatkan informasi, petugas mengajukan lembar khusus pengangkutan (form) untuk ditandatangani," ungkap Danang dalam keterangan tertulisnya, Jumat (23/8).
Ia menjelaskan, lembar tersebut bersifat umum dengan alasan aspek keselamatan dan keamanan penerbangan, agar diisi sesuai kondisi dan dapat dicoret pada poin pernyataan yang tidak dibutuhkan. Namun, kata danang, Shinta enggan menandatangani surat tersebut.
"Salah satu petugas mengisi keterangan kondisi penumpang dimaksud dalam Passenger Information Sheets (PIS) untuk disampaikan kepada kru pesawat. PIS adalah bagian prosedur yang memberikan informasi rinci tentang penumpang yang akan terbang dan akan ditindaklanjuti oleh kru berdasarkan SOP," urai dia.
Corporate Communication Strategic Lion Air Danang Mandala. Foto: Nurul/kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah proses masuk ke pesawat selesai (final boarding), lanjut dia, pihak Wings Air kembali meminta Shinta menandatangani kembali surat pernyataan. Kata Danang, Shinta tetap menolak.
"Penumpang dimaksud memutuskan untuk turun dari kabin pesawat. Wings Air menegaskan dalam hal ini awak kabin atau petugas darat tetap melayani dengan sikap sopan santun dan tidak melakukan tindakan yang mendorong secara fisik terhadap penumpang sehingga keluar dari pesawat," tutur dia.
Ia menambahkan, Shinta beserta pendamping tetap mendapatkan informasi dan pendampingan (tidak ditelantarkan). Petugas sudah menginformasikan dikarenakan tidak mengikuti penerbangan, maka akan menerima pengembalian harga tiket penuh (full refund).
"Wings Air menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang timbul dari penumpang dimaksud pada penerbangan IW-1899. Wings Air berupaya dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik," tutupnya.
Surat pernyataan dari Wings Air terhadap penyandang disabilitas. Foto: Dok. Shinta Utami
Sebelumnya, Shinta mengaku mendapat diskriminasi dari petugas karena menyebutnya sakit, padahal ia adalah penyandang disabilitas yang membutuhkan bantuan.
ADVERTISEMENT
"Di konter setelah dimintai identitas petugas menyodorkan surat pernyataan untuk ditandatangani, saya bilang saya tidak mau menandatangani karena saya penyandang disabilitas bukan sakit. Petugas mengatakan kalau tidak sakit silakan jalan," cerita Shinta saat dikonfirmasi kumparan,
"Penyandang disabilitas harusnya sudah tidak boleh tanda tangan surat itu lagi. Karena ada klausa yang menyatakan jika terjadi apa-apa maka maskapai tidak bertanggung jawab," ungkap Shinta.
Petugas pun akhirnya mempersilakan Shinta dan rombongan menuju ruang tunggu tanpa kejelasan. Shinta mengaku kembali dipaksa petugas untuk menandatangani surat pernyataan saat akan boarding.
"Salah satu petugas bahkan mengatakan kalau saya tidak terlihat seperti penyandang disabilitas karena tidak ada kekurangan apapun pada anggota badan saya. Di situ saya merasa tersinggung dan salah satu petugas menengahi dan mengajak saya naik ke atas pesawat karena pesawat sudah akan berangkat," terangnya.
Bandara Komodo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
ADVERTISEMENT