Penyebab Banjir Bandang Sentani: Hujan Deras dan Hutan Mulai Gundul

17 Maret 2019 17:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah warga melintasi sebuah mobil yang terbalik akibat banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Minggu (17/3). Foto: ANTARA FOTO/Gusti Tanati
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah warga melintasi sebuah mobil yang terbalik akibat banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Minggu (17/3). Foto: ANTARA FOTO/Gusti Tanati
ADVERTISEMENT
Banjir bandang di Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua menewaskan sekitar 58 orang. Sejauh ini, banjir bandang diduga karena hujan deras ditambah dengan kerusakan hutan.
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Data dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan pada saat kejadian banjir bandang Sentani diguyur hujan lebat dari pukul 17.00 WIT sampai 24.00 WIT. Hal diperkirakan membuat sungai tidak lagi dapat menanggung beban air dari hujan.
Foto udara yang menunjukkan dampak banjir di Sentani, Jayapura, Papua, (17/3). Foto: Edward Hehareuw / Via REUTERS
“Ini diawali dari hujan deras dari tanggal 16 dari pukul 17.00-24.00 selama 8 jam hujan deras sekali curah hujan ini total dan ekstream 235,1 mm/jam. Fluktuatif selama 8 jam ada yang sangat deras ada yang ringan kemudian terjadi deras lagi,” ujar Sutopo di Graha BNPB, Pramuka, Jakarta Timur, Minggu (17/3).
“Ketika curah hujan di Gunung Cycloop, maka paling sungai yang ada di sini tidak menampung. Ada kemungkinan indikasi kemungkinan terjadi longsor kemudian membendung sungai-sungai yang di hulu itulah yang menyebabkan banjir bandang yang membawa material kayu-kayu glondongan, batu-batu sendimen banyak yang dialirkan kebagian hilirnya kemudian menerjang 9 kelurahan Sentani,” tambahnya.
Dampak banjir di Sentani, provinsi Papua, Indonesia Foto: Edward Hehareuw / Via REUTERS
Selain itu, Sutopo juga mensinyalir adanya faktor kerusakan hutan di Gunung Cycloop yang berada tepat di atas Kecamatan Sentani. Warga di sana banyak membabat hutan untuk keperluan perkebunan, perumahan hingga keperluan kayu bakar.
ADVERTISEMENT
“Kalau kita melihat ini adalah di Gunung Cycloop memang terjadi peningkatan kerusakan hutan, satu karena penebangan yang digunakan untuk kayu bakar untuk kebun dan perumahan. Kalau kita bagian bawahnya, ini kalau kita melihat daerah di sini ini mulai gundul,” tambah Sutopo.
Foto udara yang menunjukkan dampak banjir di Sentani, Jayapura, Papua, (17/3). Foto: Edward Hehareuw / Via REUTERS
Kombinasikan dua faktor tersebut, maka banjir bandang besar memungkinkan terjadi. Karena Sutopo mengatakan hal serupa hampir terjadi di setiap kejadian banjir bandang di Indonesia.
Ia mencontohkan beberapa banjir bandang di Wasior pada 2010 lalu dan juga banjir bandang Magelang pada 2017. Ketiganya memiliki kesamaan yakni disebabkan kerusakan alam dan cuaca ekstrem.
“Jadi banjir bandang karakteristiknya karena dua, karena cuaca ekstrem dan dua yang dominan adalah faktor manusia yang merusak,” tandasnya.
ADVERTISEMENT