Penyusutan Populasi Jadi Kabar Buruk di Hari Orang Utan Sedunia

20 Agustus 2018 5:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang Utan di Tanjung Puting. (Foto: Flickr/Terry Allen)
zoom-in-whitePerbesar
Orang Utan di Tanjung Puting. (Foto: Flickr/Terry Allen)
ADVERTISEMENT
Hari Orang Utan Sedunia yang jatuh pada 19 Agustus diisi dengan sebuah kabar buruk. Penelitian yang rilis tahun ini menunjukkan bahwa populasi orang utan di Pulau Kalimantan menghadapi karena mengalami angka penurunan yang begitu cepat.
ADVERTISEMENT
Peneliti Maria Voigt dari "Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology" asal Jerman dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu mengatakan berdasarkan pada ciri-ciri riwayat berkembang biak orang utan, tingkat pertumbuhan cepat yang diklaim pemerintah Indonesia tidak mungkin terjadi, bahkan di kebun binatang.
"Dari kompilasi data komprehensif observasi yang ada, kami memperkirakan terjadi penurunan 25 hingga 30 persen antara tahun 2005 dan 2015. Jadi tidak mungkin hanya dalam satu tahun ada perubahan menyeluruh dalam situasi ini," tulis penelitian tersebut, seperti dilansir dari Antara (Minggu 19/8).
Tim juga menemukan separuh dari total jumlah orang utan di Kalimantan terkena dampak aktivitas ekstraksi sumber daya alam yang masih terus berlangsung. Akibatnya, jumlah mereka terus mengalami penurunan. Sebanyak 100 ribu ekor orang utan mati selama 16 tahun terakhir sejak tahun 1999.
ADVERTISEMENT
Data ini bertentangan dengan temuan tim ilmuwan beranggotakan 41 peneliti yang dipimpin oleh Maria Voigt, yang memublikasikan penelitian atau tinjauan sejawat mereka pada Maret 2018.
Angka ini bertolak belakang dengan laporan terbaru Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) "Keadaan Hutan Indonesia 2018" yang mengklaim peningkatan populasi orang utan. Data menyebutkan angka populasi orang utan telah meningkat lebih dari 10 persen pada kurun waktu 2015 sampai dengan 2017.
Penelitian tersebut mengatakan bahwa hampir tidak mungkin jika kondisi ruang hidup orang utan berbalik menjadi positif hanya dalam kurun waktu satu tahun. Permasalahan yang dihadapi orang utan di habitatnya begitu kompleks dan belum mengalami perbaikan berarti.
"Jika perburuan dan penghilangan areal hutan dapat dihentikan di masa depan, kondisi tersebut bisa berbalik, tetapi sepengetahuan kami ini belum terjadi. Belum jelas bagaimana penulis laporan ini bisa mencapai kesimpulan soal meningkatnya jumlah orang utan," kata salah satu penulis penelitian yang diterbitkan dalam jurnal "Current Biology" Prof. Serge Wich dari Universitas Amsterdam.
ADVERTISEMENT