Peraih Nobel Iran Minta Aksi Protes Jangan Berhenti

4 Januari 2018 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shirin Ebadi (Foto: AFP/Orlando Sierra)
zoom-in-whitePerbesar
Shirin Ebadi (Foto: AFP/Orlando Sierra)
ADVERTISEMENT
Peraih Nobel Perdamaian asal Iran, Shirin Ebadi, meminta aksi protes anti pemerintah jangan sampai berhenti. Menurut dia, hanya dengan cara ini pemerintah Iran bisa mendengarkan keluhan rakyat soal kesulitan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Berbicara kepada harian Asharq Al-Awsat yang dikutip Reuters, Kamis (4/1), Ebadi mengatakan rakyat Iran harus tetap ada di jalan. Konstitusi Iran, kata dia, memberikan hak bagi rakyat untuk melancarkan protes dan berdemo.
"Jika pemerintah tidak mendengarkan kalian selama 38 tahun, maka peran kalian semakin diabaikan," kata Ebadi dalam wawancara dengan Asharq Al-Awsat.
Sebelumnya Panglima Garda Revolusi Iran, Jenderal Mohammad Ali Jafari, mengaku aksi protes berhasil dikalahkan. Aksi tandingan yang juga dihadiri ribuan orang digelar di banyak kota, mengumandangkan dukungan bagi pemerintah Hassan Rouhani dan Ayatullah Khamenei.
Aksi protes di Iran telah berlangsung di banyak kota sejak Kamis pekan lalu di tengah krisis ekonomi di negara tersebut. Sedikitnya 21 orang tewas terbunuh dalam berbagai aksi yang berlangsung bentrok.
Kerusuhan di Iran (Foto:  REUTERS/Francois Lenoir)
zoom-in-whitePerbesar
Kerusuhan di Iran (Foto: REUTERS/Francois Lenoir)
Kenaikan harga kebutuhan pokok dan meningkatnya angka pengangguran memicu protes anti pemerintahan. Massa mendesak Rouhani mundur dan diubahnya sistem pemerintahan yang kini dikendalikan oleh Khamenei.
ADVERTISEMENT
Agar pemerintah mendengarkan aspirasi rakyat, Ebadi menyerukan boikot. Dia mengatakan, rakyat Iran harus berhenti membayar tagihan air, gas dan listrik serta pajak. Tarik semua uang di bank untuk memberi tekanan ekonomi terhadap pemerintah.
Ebadi yang kini tinggal dalam pengasingan di London, Inggris, adalah wanita Muslim pertama yang meraih Nobel pada 2003. Wanita 70 tahun ini diganjar Nobel karena pekerjaannya sebagai pengacara hak asasi manusia.
Sejak awal demo pecah di Iran, Ebadi vokal mendukungnya. Pada Minggu lalu, dia memprediksi aksi kali ini akan membesar, bahkan lebih besar ketimbang demo 2009. Penyebabnya, kata dia, adalah masalah sosial dan ekonomi.
"Di Iran, dan ini bukan hal baru, ada krisis ekonomi yang sangat serius. Korupsi di seluruh negeri ada di tingkat yang mengejutkan. Berakhirnya sanksi terkait perjanjian nuklir dengan Eropa dan Amerika Serikat pada 2015 tidak memberikan dampak yang nyata untuk masyarakat, berbeda dengan yang diharapkan," ujar Ebadi Minggu (31/12) seperti dikutip dari Al Arabiya.
ADVERTISEMENT