Perbaikan Trotoar di Jakarta Perlu Diikuti Kesadaran Budaya Jalan Kaki

14 Oktober 2019 18:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana para pejalan kaki di trotoar Stasiun Sudirman, Jakarta. Foto: Selfy Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana para pejalan kaki di trotoar Stasiun Sudirman, Jakarta. Foto: Selfy Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Revitalisasi trotoar oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan telah dilaksanakan di berbagai wilayah, seperti di Jalan Sudirman dan Jalan MH Thamrin. Saat ini, proses revitalisasi juga sedang dilaksanakan di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Pengamat kebijakan perkotaan, Nirwono Joga, menjelaskan revitalisasi trotoar di Jakarta juga perlu diikuti juga peningkatan budaya jalan kaki di kalangan warga Jakarta. Hal inilah, kata Nirwono, menjadi tugas Anies selanjutnya.
"Sebetulnya secara teknis itu tugas Anies yang tidak dilakukan kita tidak membangun budaya berjalan kaki. Kita itu tidak ada," kata Joga di kantor Populi Center, Slipi, Jakarta Barat, Senin (14/10).
Menurutnya pembangunan trotoar ini tidak akan maksimal pemanfaatannya jika masyarakat masih malas berjalan kaki. Padahal, di negara lain budaya jalan kaki sudah menjadi hal yang lumrah.
"Di Jepang dan Singapura dimulai dari anak sekolah tingkat dasar berjalan kaki dari tempat terdekat mereka. Kalau di kita membangun trotoar banyak tapi tidak diiringi budaya berjalan kaki," tutur Joga.
ADVERTISEMENT
Ia berharap ke depannya Pemprov DKI dapat meningkatkan budaya jalan kaki di kalangan masyarakat, dan menggunakan transportasi umum secara baik.
"Harus ada program yang mendorong orang membangun budaya berjalan kaki dan itu dimulai dari sekolah," jelasnya kepada jelasnya.
Selain itu, ia menambahkan trotoar harus terintegrasi dengan tempat perhentian kendaraan umum. Usulan ini untuk mendorong efektivitas pejalan kaki untuk mencapai suatu tempat.
"Trotoar itu yang dibangun harus terintegrasi (dengan tempat berhenti kendaraan umum) tidak sekadar membangun trotoar. Kita harus membayangkan kalau jalan kaki itu dari mana mau ke mana.
Ia pun menegaskan perlunya konsep induk pejalan kaki yang matang. Sedangkan, konsep ini menurutnya sudah terbengkalai lama. Padahal, hal ini bisa menjadi solusi bagi terintegrasinya transportasi umum dan kebutuhan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita punya rencana induk pejalan kaki kita bisa menjawab trotoar yang membangun itu pasti trotoar yang terkait dengan transportasi massal," jelas Nirwono.
"Jadi kita turun dari halte, terminal, stasiun, kita jalan kaki. itu dulu trotoar yang diutamakan," tambahnya.
Di kesempatan yang sama, pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio juga kembali menegaskan pentingnya integrasi trotoar dan transportasi agar kenyamanan semakin efektif.
"Harus. sekali lagi akan lebih efektif ketika itu terkoneksi point to point. kalau tidak terkoneksi tidak bisa," kata Agus.