Perempuan Terlibat Terorisme: Mereka Korban, Bukan Pelaku

23 Mei 2018 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara di Komnas Perempuan (Foto: Raga Imam/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Acara di Komnas Perempuan (Foto: Raga Imam/kumparan)
ADVERTISEMENT
Aksi bom bunuh diri di Surabaya dua pekan lalu, melibatkan perempuan sebagai bomber. Mirisnya lagi, mereka adalah istri sekaligus ibu yang justru mengajak serta anak-anak mereka meledakan diri sekeluarga.
ADVERTISEMENT
Meski tergolong jarang di Indonesia, keterlibatan perempuan dalam aksi teror adalah hal yang wajar dalam kacamata terorisme global. Namun, Komnas Perempuan berpendapat, perempuan yang terlibat terorisme adalah korban dan tak tepat disebut pelaku.
"Dalam perspektif Komnas Perempuan mungkin (korban). Kalau merespon pengeboman kemarin, perempuan menjadi dalam tanda kutip pelaku (penempatannya) harus agak cermat,” ucap Komisioner Komnas Perempuan, Yuniyanti Chuzaifah, di Grand Sahid Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (23/5).
Yuniyanti melanjutkan, berdasarkan hasil diskusi pihaknya dengan sejumlah pegiat isu-isu terorisme, ditemukan fakta bahwa perempuan kerap didoktrin untuk patut terhadap perintah seseorang. Dalam hal ini, perempuan biasanya didoktrin untuk membenarkan perilaku diskriminatif berdasarkan gender.
“Karena doktrin kepatuhan, kemudian ada hierarki gender yakni perempuan masih dianggap subordinat dalam relasi mereka. Tapi juga ada soal dominasi bahwa ada pandangan-pandangan tiologis bahwa, untuk masuk ke surga biar semuanya (masuk surga) begitu,” papar Yuniyanti.
Barbuk kendaraan akibat teror bom Surabaya (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Barbuk kendaraan akibat teror bom Surabaya (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
Komnas Perempuan masih akan terus melakukan kajian yang mendalam terkait fenomena tersebut. Termasuk peranan perempuan terhadap anak-anak yang jadi korban aksi teror orang tua mereka.
ADVERTISEMENT
“Sehingga anak (yang selamat pun) tidak terlantar. Gitu ya, itu dalam analisis kami tapi itu harus di cek lebih jauh, tapi yang jelas memang Komnas Perempuan mendapatkan (banyak) pengaduan (perempuan itu) jadi korban,” pungkasnya.