Perjuangan Anak-anak Palu Mengais Makanan dari Reruntuhan Bangunan

5 Oktober 2018 10:21 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-anak mencari makanan dari reruntuhan bangunan di Mamboro, Jumat (5/10/2018). (Foto: Soejono eben Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak mencari makanan dari reruntuhan bangunan di Mamboro, Jumat (5/10/2018). (Foto: Soejono eben Saragih/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tepat satu minggu bencana Sulawesi Tengah berlalu. Meski berlalu, beberapa wilayah yang menjadi pusat bencana, salah satunya Palu, masih berduka. Mereka memikul beban berat, sebisa mungkin memulihkan trauma pasca-gempa 7,4 magnitudo dan tsunami yang masih begitu melekat.
ADVERTISEMENT
Jumat (5/10), orang tua hingga anak-anak terus memadati pengungsian. Beberapa di antaranya memilih mendirikan tenda sendiri di area perkampungan, dekat tempat tinggal mereka dulu. Sesekali mereka berharap bantuan pangan tiba dengan melimpah.
Pantauan kumparan, hingga saat ini, bantuan berupa makanan dan minuman memang belum terdistribusikan secara merata. Apalagi, untuk warga yang terdampak tetapi berada jauh dari pusat kota.
Seorang anak menampung air bersih yang keluar dari pipa saluran air pasca gempa bumi dan tsunami di Palu. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak menampung air bersih yang keluar dari pipa saluran air pasca gempa bumi dan tsunami di Palu. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Imbasnya, anak-anak mulai kelaparan. Bantuan yang tak kunjung tiba membuat mereka bersiasat mencari makanan yang tertimbun dalam puing bangunan.
“Kami lapar Om, tidak ada makanan di sini,” kata Ordo, salah satu bocah yang berkeluh kesah kepada kumparan di Mamboro, Palu Utara.
Makanan dari reruntuhan bangunan yang ditemukan anak-anak di Mamboro, Jumat (5/10/2018). (Foto: Soejono eben Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Makanan dari reruntuhan bangunan yang ditemukan anak-anak di Mamboro, Jumat (5/10/2018). (Foto: Soejono eben Saragih/kumparan)
Tak hanya Ordo, di atas puing-puing beton bangunan, Irma dan tiga orang temannya kedapatan tengah mengais-ngais kayu bangunan yang roboh. Tanpa ragu, mereka masuk ke bawah reruntuhan.
ADVERTISEMENT
Mereka mengaku kurang makan. Tak hanya anak-anak, orang dewasa juga ikut mencari makanan yang tertimbun. “Iya, setiap hari (mencari makanan),” tambah Ordo.
Anak-anak mencari makanan dari reruntuhan bangunan di Mamboro, Jumat (5/10/2018). (Foto: Soejono eben Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak mencari makanan dari reruntuhan bangunan di Mamboro, Jumat (5/10/2018). (Foto: Soejono eben Saragih/kumparan)
Setiap bungkus makanan yang mereka dapat, maka, di saat itu juga mereka menggebu-gebu seraya tertawa dan berlari meriung bersama. “Ini di sini, di sini, mari!” mereka berteriak, berlari-lari di atas puing.
Bocah-bocah Palu adalah potret dari kondisi warga Sulawesi Tengah yang saat ini masih sangat membutuhkan uluran tangan. Bahkan selain memikirkan makan, masih banyak dari mereka sibuk mencari-cari sanak keluarga yang hilang.
Kondisi RSU Anutapura Palu setelah gempa. (Foto: Moh Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi RSU Anutapura Palu setelah gempa. (Foto: Moh Fajri/kumparan)
Tercatat hingga Kamis (4/10) pukul 14.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan korban jiwa akibat bencana Donggala-Palu mencapai 1.424 orang. Dengan rincian, 144 korban jiwa di Donggala, 1.203 jiwa di Palu, 64 jiwa di Palu, 64 jiwa di Sigi, 12 jiwa di Parigi Moutong, dan 1 orang di Pasangkayu, Sulawesi Barat.
ADVERTISEMENT
kumparan bekerja sama dengan Prambors radio dan Kitabisa, menggalang dana secara online untuk meringankan beban para korban gempa-tsunami Palu dan sekitarnya. Salurkan bantuan Anda di sini atau melalui tautan berikut:
Logo Prambors. (Foto: Dok. Prambors)
zoom-in-whitePerbesar
Logo Prambors. (Foto: Dok. Prambors)