Perjuangan Santri Berani Mati Pertahankan Tanah Surabaya

10 November 2018 11:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peringatan Hari Pahlawan. (Foto: Dok. gahetna.nl)
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan Hari Pahlawan. (Foto: Dok. gahetna.nl)
ADVERTISEMENT
Pekik Bung Tomo, Allahu Akbar, Allahu Akbar, membakar semangat para pemuda Surabaya di medan perang. Lantang suara Bung Tomo itu menjadi pertanda, para pejuang Islam berada di tengah-tengah arena juang.
ADVERTISEMENT
Para pejuang Islam itu datang berperang dengan semangat mempertahankan tanah Surabaya dari ancaman serdadu Inggris.
Dikutip dari M Kholid Syirazi dalam bukunya, Kebangkitan Indonesia 1945-2045: Pokok-pokok Pikiran Sarjana Nahdlatul Ulama, pertempuran Surabaya sejatinya adalah perang pertama pejuang kemerdekaan melawan kekuatan asing, Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI) dan Netherlands Indies Civil Administration (NICA).
Peringatan Hari Pahlawan. (Foto: Dok. gahetna.nl)
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan Hari Pahlawan. (Foto: Dok. gahetna.nl)
Kedatangan tentara Inggris dianggap sebagai cara lain Belanda merebut kembali kekuasaannya di Indonesia. Sebelumnya, Jakarta, Bandung, dan Semarang telah jatuh ke tangan Inggris dan kedatangan mereka ke Surabaya tinggal menunggu waktu.
Oleh sebab itu, rais akbar (pemimpin besar) Nahdlatul Ulama, Kiai Haji Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad Fi Sabilillah pada 22 Oktober 1945. Dalam resolusi itu, siapa pun yang berada dalam radius keliling 94 kilometer diwajibkan untuk datang melawan penjajah. Penjajahan Belanda dan Jepang selama ini dianggap sebagai kekejaman yang mendatangkan penderitaan.
ADVERTISEMENT
Panggilan jihad tersebut nyatanya sangat berpengaruh. Di beberapa buku disebutkan santri-santri dari berbagai pesantren itu semuanya bergerak menuju Surabaya dengan membawa senjata masing-masing.
Kebanyakan mereka datang dari kelompok NU yang berasal dari Madura, Probolinggo, Malang, dan daerah lainnya.
“Yang pasti ada kelompok-kelompok santri yang membawa bom dan meledakkan tank tank Inggris, tank Sherman. Beberapa tank Inggris itu meledak setelah ditubruk oleh pasukan berani mati ini. Jadi mereka membawa bom sambil menubruk,” tutur sejarawan Universitas Indonesia, Didik Padjoko saat bersua kumparan, Kamis (8/10).
Sejarawan UI, Didik Pradjoko (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sejarawan UI, Didik Pradjoko (Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan)
Semangat berapi-api para santri itu membuat Resolusi Jihad dianggap sebagai salah satu musabab dari pecahnya pertempuran 10 November.
Bung Tomo, tokoh yang terus berorasi membakar semangat rakyat Surabayai diketahui memiliki kedekatan dengan para santri. Jauh sebelum perang pecah, Bung Tomo dikenal berteman dekat dengan tokoh sentral NU Wahid Hasyim.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Ensiklopedi NU, Bung Tomo kerap bertandang ke Pesantren Tebu Ireng, Jombang, untuk menemui dan meminta restu Kiai Hasyim Asy’ari. Disebutkan, seruan “Allahu Akbar” di pembuka dan penutup orasinya yang sangat membakar melalui Radio Pemberontakan adalah upayanya merekrut kalangan pemuda muslim untuk turut dalam perjuangan.
Bung Tomo. (Foto: Wikimedia)
zoom-in-whitePerbesar
Bung Tomo. (Foto: Wikimedia)
Sebelumnya kalangan pemuda muslim dulu pernah disatukan dalam satu barisan oleh militer Jepang.
“Dan sebetulnya banyak juga kelompok Hizbullah Sabilillah yang jadi murid Kiai Haji Masykur yang sebagian anggotanya masuk ke TKR. Mereka kemudian menjadi TNI,” Didik menyebutkan.
Tentang Hizbullah, kelompok ini berhubungan erat dengan NU. Pada 15 Desember 1944 Jepang membentuk barisan semi-militer Hizbullah yang dalam bahasa Jepang disebut Kaikyo Seinen Taishintai.
ADVERTISEMENT
Saat itu Hizbullah yang diketuai oleh seorang tokoh NU Zainal Arifin berada di bawah naungan Masyumi. Melalui Hizbullah Jepang melancarkan propaganda “Perang Suci” supaya mendapat dukungan pemuda Islam.
Anggota Hizbullah berisi pemuda usia 17 hingga 25 tahun dan belum berkeluarga. Para anggota Hizbullah dilatih oleh tentara PETA. Selepas dua bulan pelatihan, para anggota Hizbullah dikembalikan ke daerah mereka masing-masing. Harapannya, mereka bisa melatih calon-calon anggota Hizbullah di daerah mereka.
Dan, buah dari perjuangan terstruktur itu bisa dirasakan saat pertempuran Surabaya pecah. Para tentara Hizbullah sudah kenal dengan senjata sebelumnya. Oleh sebab itu, pertempuran yang diberikan kepada Inggris pun sangat sengit pada masa itu.
------------------------------------------------------------
Simak story menarik lainnya mengenai Pertempuran Surabaya dalam topik 10 November 1945 .
ADVERTISEMENT