Perkosa Para Wanita Rohingya, Militer Myanmar Masuk Daftar Hitam PBB

15 April 2018 18:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengungsi Rohingya (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingya (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
ADVERTISEMENT
Kekerasan yang terjadi di Myanmar, memaksa ratusan ribu etnis Rohingya mengungsi. PBB melaporkan dari sekitar 700 ribu etnis Rohingya yang mengungsi, banyak di antaranya mengalami tindakan pelecehan seksual oleh tentara di negara yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi itu.
ADVERTISEMENT
Atas tindakan itu, PBB menempatkan pasukan bersenjata Myanmar dalam daftar hitam.
Menurut Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, temuan dari tim medis Internasional di Bangladesh --Negara yang dituju etnis Rohingya untuk mengungsi-- banyak pengungsi yang terindikasi mengalami luka fisik dan psikologis akibat penyerangan seksual.
"Sesekali (tentara) bertindak besama dengan milisi lokal dalam operasi militer (yang sah) pada Oktober 2016 dan Agustus 2017," kata Guterres dikutip dari Associated Press, Minggu (15/4).
"Ancaman dan penggunaan kekerasan seksual merupakan bagian dari strategi ini, bertujuan untuk mempermalukan, meneror dan secara kolektif menghukum masyarakat Rohingya, yang telah diperhitungkan untuk memaksa mereka melarikan diri dari tanah air mereka dan mencegah mereka kembali," lanjutnya.
Sidang Umum PBB (Foto: Dok. United Nations)
zoom-in-whitePerbesar
Sidang Umum PBB (Foto: Dok. United Nations)
Tentara Myanmar tidak pandang bulu dalam memperkosa para wanita Rohingya. Menurut Gutteres, korbannya termasuk anak-anak hingga ibu hamil, tidak lepas dari kebiadaban tentara Myanmar.
ADVERTISEMENT
"Kekerasan dialami para wanita, termasuk wanita hamil, yang dianggap sebagai penjaga dan pelestari identitas etnis, begitu juga anak-anak muda, yang mewakili masa depan kelompok ini. Ini bisa dikaitkan dengan narasi provokasi yang mengatakan tingkat kesuburan Rohingya jadi ancaman nyata bagi masyarakat," kata Guterres.
Laporan adanya kekerasan seksual ini akan didiskusikan oleh Guterres di PBB pada Senin (16/4). Tujuannya untuk mencegah adanya kekerasan seksual dalam konflik. Pembahasan itu menempatkan 51 pemerintah, kelompok pemberontak dan ektremis dalam daftar hitam.
Mereka termasuk 17 kelompok dari Kongo yang di dalamnya ada unsur angkatan bersenjata dan polisi nasional, tujuh dari Suriah termasuk angkatan bersenjata dan intelijen, masing-masing enam dari Republik Afrika Tengah dan Sudan Selatan, lima dari Mali, empat dari Somalia, tiga dari Sudan, masing-masing satu dari Irak dan Myanmar, dan Boko Haram yang beroperasi di beberapa negara.
ADVERTISEMENT