news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Perludem: Hoaks di 2019 Berkembang Dibanding 2014, Mulai Sertakan Data

22 September 2018 12:00 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini, di Diskusi Polemik Pencalonan Napi Korupsi di Indonesia Corruption Watch (ICW), Kalibata Timur, Jakarta, Minggu (9/9/2018). (Foto: Eny Immanuella Gloria)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini, di Diskusi Polemik Pencalonan Napi Korupsi di Indonesia Corruption Watch (ICW), Kalibata Timur, Jakarta, Minggu (9/9/2018). (Foto: Eny Immanuella Gloria)
ADVERTISEMENT
Hoaks menjadi salah satu ancaman dalam Pemilu Serentak 2019. Bahkan, hoaks diprediksi dapat mengganggu legitimasi pileg dan pilpres.
ADVERTISEMENT
"Hoaks itu membuat pemilu kita tidak legitimate kalau kemudian ini dibiarkan. Padahal dalam pemilu yang lebih penting legitimasi ," kata Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi ( Perludem) Titi Anggraini dalam diskusi bertajuk 'Kampanye Asik, Damai dan Anti Hoax' di restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (22/9).
Selain itu, Titi menilai ada perbedaan hoaks di Pemilu 2014 dan Pemilu 2019. Menurut dia, saat ini, hoaks tak hanya ujaran kebencian. Masing-masing kubu juga bicara data yang belum tentu valid.
"Dua-duanya, dari pasangan (capres-cawapres) sudah mulai agak bergeser bicara data. Tetapi aspek hoaksnya masih tetap ada terutama terkait ujaran kebencian. Ujaran kebencian itu paling efektif kalau ketemu dengan hoaks. Karena langsung dampaknya dobel," terangnya.
ADVERTISEMENT
Titi menyebut publik harus mengubah cara berinteraksi media sosial. Pasalnya, hoaks bakal merebak pada masa kampanye, yang terhitung lama, yakni 7 bulan 20 hari.
Sementara itu, Saat ini Titi menilai respons publik terhadap hoaks terbelah menjadi duar. Namun, keduanya memiliki kesamaan, yaitu menyebarkan hoaks tersebut.
"Penyebaran hoaks misinformasi karena dia yakin itu benar, jadi sebarkan. Sedangkan, disinformasi (itu) dia tau (informasi) salah, dia sebarkan karena tujuannya propaganda," pungkasnya.