Perludem: Minat Nyaleg Menurun karena Ongkos Politik Terlalu Besar

9 Juni 2018 7:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Titi Anggraini. (Foto: Instagram @tanggraini)
zoom-in-whitePerbesar
Titi Anggraini. (Foto: Instagram @tanggraini)
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PPP Romahurmuzy menyebut, minat seseorang untuk mendaftarkan diri menjadi calon legislatif (caleg) ke partai politik semakin menurun. Menurut dia, perilaku berpolitik yang tidak etis seperti melakukan korupsi membuat masyarakat enggan berpartisipasi dengan partai politik.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini sependapat dengan Romy. Menurut Titi, saat ini animo seseorang untuk menjadi caleg berkurang akibat besarnya biaya yang harus dikeluarkan.
"Memang proses pencalegan kan sudah berlangsung, tetapi dari interaksi kami seperti ada animo yang menurun. Terutama berkaitan dengan mahalnya ongkos poltik yang harus dikeluarkan," kata Titi saat dihubungi kumparan, Sabtu (9/6).
Selain besarnya ongkos politik, menurut Titi, faktor kompetisi yang tidak sehat seperti politik uang dan persaingan yang terlalu bebas membuat seseorang menjadi malas mencalonkan diri sebagai caleg.
"Termasuk persaingan yang dianggap belum menyediakan kompetisi yang demokratis dan adil. Nah jadi itu yang membuat beberapa caleg terutama yang pernah mencalegan diri di pemilupemilu sebelumnya merasa enggan untuk maju lagi di Pemilu 2019," ujar Titi.
ADVERTISEMENT
"Faktor praktik politik uang lalu kemudian partai yang seolah-olah membiarkan kompetisi bebas antar caleg tanpa memberikan insentif dukungan bagi mereka untuk berkompetisi. It yang membuat beberapa caleg yang dulu maju menjadi enggan untuk maju di Pileg 2019," imbuhnya.
Ilustrasi Pemilu. (Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pemilu. (Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan)
Meski begitu, Titi belum bisa mengkalkulasi berapa besar tingkat penurunan minat seseorang menjadi caleg tersebut. "Kami belum punya datanya, berapa signifikansinya itu kamu tidak punya angka persisnya," tutup Titi.