Peserta Miss Peru 2018 Paparkan Data Kekerasan Wanita di Peru

1 November 2017 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Miss Peru 2018. (Foto: Youtube/Agencia EFE)
zoom-in-whitePerbesar
Miss Peru 2018. (Foto: Youtube/Agencia EFE)
ADVERTISEMENT
Beauty, Brain, Behaviour sepertinya bukan lagi konsep standar yang harus dimiliki oleh para peserta kecantikan. Di Peru, para peserta kontes kecantikan membawa ajang pencarian wanita paling pintar dan cantik ke level yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Dalam pagelaran final Miss Peru 2018 yang berlangsung Selasa (31/10) kemarin, 23 finalis dari 150 peserta Miss Peru 2018 memberikan kejutan. Biasanya dalam kontes Miss Peru, mereka punya tradisi dengan menyebutkan angka pengukuran pinggang dan dada. Namun tahun ini para peserta melakukan sesuatu yang berbeda.
Dengan balutan gaun sequins berwarna emas, 23 finalis kontes Miss Peru 2018 berjalan di atas panggung dan menyebutkan data statistik soal kasus kekerasan dan pelecehan wanita di Peru.
"Nama saya Camila Canicoba saya mewakili Lima. Pengukuran saya adalah: 2.200 kasus wanita terbunuh sepanjang 9 tahun di negara ini," ujar kontestan pertama.
"Nama saya Luciana Fernández saya mewakili kota Huánuco. Pengukuran saya adalah: lebih dari 13.000 remaja wanita mengalami kekerasan seksual di negara kita."
ADVERTISEMENT
" Nama saya Romina Lozano saya mewakili Callaomy. Pengukuran saya adalah: Hingga tahun 2014 ada 3.114 wanita yang menjadi korban perdagangan manusia."
Begitu seterusnya hingga kontestan terakhir.
Data dengan angka-angka fantastis ini tentu mengejutkan dan menarik perhatian banyak netizen. Konsep baru ini juga didukung oleh pihak penyelenggara yang menampilkan gambar koran yang memuat berita sesuai dengan data yang diungkapkan para kontestan.
Jessica Newton sebagai perwakilan penyelenggara Miss Peru 2018 mengatakan hal ini menjadi awal agar semua masyarakat sadar akan isu yang berkembang di negara mereka.
"Semua yang tidak mencela dan tidak melakukan sesuatu untuk menghentikan ini (pelecehan dan kekerasan wanita) adalah bagian dari kaki tangan pelaku," ujar Newton seperti dikutip dari Buzzfeed.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengatakan banyak wanita di Peru yang tidak menyadari bahwa mereka menjadi korban pelecehan dan kekerasan.
"Sayangnya ada banyak wanita yang tidak tahu dan menganggapnya sebagai kasus yang harus ditutupi. Ini adalah fakta, mereka harus melihat para wanita yang menjadi perwakilan mereka di sini, membuka jalan agar mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi di negara ini," ujar Newton pada AFP.
Dalam ajang kontes kecantikan ini, BBC melansir ada 5 dari 150 peserta yang menjadi korban kekerasan termasuk perkosaan.
Berdasarkan data Observatorium Keamanan Masyarakat, Peru ada di urutan ke dua setelah Bolivia sebagai negara dengan catatan kekerasan pada wanita terburuk di seluruh Amerika Selatan.
Pemerintah Peru mengatakan ada 800 wanita terbunuh dalam kasus kekerasan terkait gender sepanjang 6 tahun terakhir. Isu kekerasan karena gender ini memang menjadi topik panas di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Di akhir kontes, para finalis mendapat pertanyaan tentang apa yang mereka akan lakukan terhadap isu tersebut.
Pemenang kontes Romina Lozano yang mewakili Callao mengatakan, ia ingin menerapkan sistem database yang berisi nama penyerang. Tidak hanya untuk kekerasan terhadap gender (femicide) tapi juga untuk setiap jenis kekerasan terhadap wanita. Dengan cara ini ia berharap bisa lebih melindungi para wanita.
Para finalis akan menggelar aksi turun ke jalan melawan kekerasan pada wanita di Lima bulan ini.