Petobo dan Balaroa yang Luluh Lantak hingga Jadi Pemakaman Massal

6 Oktober 2018 9:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengendara melintasi mobil truk yang terbalik di Palu Utara pasca gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo dan tsunami. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengendara melintasi mobil truk yang terbalik di Palu Utara pasca gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo dan tsunami. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Donggala, Palu, dan sekitarnya mulai merangkak bangkit usai gempa dan tsunami. Berbagai upaya pemerintah terus dilakukan untuk memulihkan daerah-daerah terdampak bencana. Sejalan dengan pemulihan tersebut, muncul persoalan baru terkait jumlah korban meninggal yang mencapai ribuan.
ADVERTISEMENT
Pascagempa dan tsunami, Jumat (28/9), sebagian jenazah dapat ditemukan dengan mudah di jalanan. Sebagian besar lainnya tertimbun bangunan yang roboh dan hilang. Evakuasi jenazah tentu tak bisa dilakukan sehari-dua hari, khususnya korban yang tertimbun bangunan.
Tapi tim SAR dan berbagai relawan terus berupaya secepat mungkin mengevakuasi jenazah. Jika tak segera dievakuasi jenazah akan membusuk dan menyebarkan penyakit di Donggala, Palu, dan sekitarnya.
Proses pemakaman masal jenazah korban gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: AFP/BAY ISMOYO)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pemakaman masal jenazah korban gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: AFP/BAY ISMOYO)
Data terakhir yang diungkap Menkopolhukam Wiranto, korban meninggal bencana Sulteng mencapai 1.648 jiwa. Data tersebut diperikirakan masih terus bertambah, karena tim SAR masih terus mencari dan mengevakuasi korban meninggal hingga masa tanggap bencana selesai pada 2 minggu mendatang.
Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit akibat banyaknya jenazah yang ditemukan, pemerintah mulai merencanakan pemakaman massal di dua lokasi, yakni Petobo dan Balaroa, Palu.
ADVERTISEMENT
Petobo ditetapkan sebagai lokasi pemakaman massal karena wilayah tersebut hancur akibat fenomena likuifaksi atau mencairnya tanah menjadi lumpur akibat gempa.
Satu unit kendaraan tertimbun akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Satu unit kendaraan tertimbun akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Sementara, Balaroa menjadi kawasan yang hancur karena tanahnya amblas 3 meter dan naik 2 meter dalam waktu bersamaan. Balaroa lenyap karena kondisi tanah di kawasan tersebut bergerak ke atas dan bawah karena terletak di patahan gempa sesar Palu Koro.
Dari total 5.146 bangunan rusak yang terdata di Sulteng, 1.045 bangunan di antaranya terdapat di Balaroa. Terhitung, luas area Balaroa yang amblas adalah sekitar 47,8 hektare.
Akibat kondisi yang parah ini, alat berat tak bisa masuk di dua kawasan itu. Menteri Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Rumah (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, parahnya kondisi di kedua lokasi tersebut membuat daerah Petobo dan Balaroa tidak bisa direhabilitasi sehingga harus direlokasi.
Kondisi Perumnas Balaroa "Lenyap" Usai gempa Palu. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Perumnas Balaroa "Lenyap" Usai gempa Palu. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Sementara, Mekopolhukam Wiranto mengatakan rencana pemakaman massal ini sedang didiskusikan oleh pemerintah pusat, pemda, dan sejumlah pihak terkait. Meski demikian, belum ditentukan kapan pemakaman massal ini akan dilakukan.
ADVERTISEMENT
"Saat ini, telah dilakukan koordinasi pemda, pemuka agama, dan pemuka masyarakat, kapan pencarian jenazah dihentikan. Lalu diputuskan kapan daerah itu dijadikan makam massal. Itu tadi sedang dibicarakan dengan mereka di atas, agar saudaranya dianggap mati syahid," jelas Wiranto di Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (5/10).
Suasana jalanan yang hancur di wilayah Balaroa akibat gempa bumi, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jalanan yang hancur di wilayah Balaroa akibat gempa bumi, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Jenazah yang akan dimakamkan massal harus lebih dahulu melewati identifikasi melalui Tim Disaster Victims Identification (DVI) dengan metode pengenalan wajah hingga sidik jari. Namun, tak menutup kemungkinan jenazah yang tak teridentifikasi juga akan dimakamkan massal di Petobo dan Balaroa, mengingat dua lokasi itu masih banyak jenazah yang belum ditemukan.
Selain dua lokasi itu, pihak TNI juga telah menyediakan lokasi pemakaman massal yang bertempat di Tempat Pemakaman Umum Paboya, Palu. Lokasi pemakaman yang berjarak sekitar 15 kilometer dari Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie itu, diperkirakan mampu menampung seluruh jenazah.
ADVERTISEMENT
“Dan juga saya sebelum pulang (melihat) tempat pemakaman massal. Jadi kita jadikan satu, dimakamkan yang meninggal. Kita membuat ukuran 10 x 100 meter,” ucap Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Minggu (30/9).