Pilpres 2019 Akan Lebih Mudah Bagi Jokowi

2 Agustus 2018 7:01 WIB
Jokowi saat Zikir Kebangsaan 2018 di halaman depan Istana Merdeka. (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi saat Zikir Kebangsaan 2018 di halaman depan Istana Merdeka. (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
ADVERTISEMENT
Sejauh ini Prabowo Subianto menjadi satu-satunya calon kuat penantang Jokowi di Pilpres 2019. Bila benar Prabowo maju, ini akan mengulang kisah di 2014. Tanding ulang antara Jokowi melawan Prabowo akan terjadi.
ADVERTISEMENT
Mungkin yang berbeda adalah soal siapa pendampingnya. Prabowo dan Jokowi sama-sama belum menentukan siapa cawapres mereka.
Soal tanding ulang ini, ada pandangan dari pengamat politik UGM, Arie Sudjito. Di Pilpres 2019, dengan segala konsolidasi relawan dan koalisi partai, Jokowi akan lebih mudah menghadapi Prabowo.
"Pilpres 2019 tidak seberat 2014 jika dilihat dalam konteks incumbent serta partai pendukung makin besar," jelas Arie, Kamis (2/8).
Dia menilai, ada tambahan Golkar dan PPP di kubu Jokowi yang akan memberi pengaruh signifikan. Pada 2014, dua partai itu mendukung Prabowo.
Selain itu juga relawan Jokowi kini lebih kuat dengan jaringan dan sumber daya sebagai incumbent.
"Pekerjaan Jokowi selanjutnya menjaga soliditas koalisi partai dan memadukan dengan jaringan relawan masyarakat sipil. Itu menjadi faktor penting," beber Arie.
ADVERTISEMENT
Yang patut dicatat, pada 2014, ada isu-isu soal pribadi dan agama yang dilempar ke Jokowi. Di 2019 ini, menurut Arie akan jauh berkurang.
"Dukungan TGB, PKB dan PPP adalah representasi islam moderat penopang Jokowi. Jadi tidak ada lagi pembelahan ketat," urai dia.
Profil Joko Widodo (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Profil Joko Widodo (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
Dengan kondisi itu, akan lebih mudah bagi Jokowi menghadapi Prabowo. Apalagi di kubu Prabowo akan terjadi tarik ulur kekuatan Partai Demokrat dan PKS.
"Jika dicermati, pilihan cawapres bagi Prabowo tidak mudah karena tarik menarik antara PKS dan PD, tidak mudah dikompromikan. Di atas kertas PKS sebenarnya paling loyal pada Prabowo, namun Prabowo masih ragu, sementara upaya SBY agar memasukkan AHY jadi cawapres belum tentu bulat diterima partai koalisi," terang Arie.
ADVERTISEMENT
"Ketegangan ini tentu akan menarik, karena rata-rata Parpol belum tentu loyal kerja lapangan saat kampanye," tutup dia.
Profil Prabowo Subianto. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Profil Prabowo Subianto. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)