PKS di Antara 2 Jenderal: Prabowo dan Gatot Nurmantyo

16 April 2018 14:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salim Segaf, Prabowo, dan Sohibul Iman. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Salim Segaf, Prabowo, dan Sohibul Iman. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bagi Prabowo Subianto, kuda lebih dari sekadar hobi. Kuda bisa menjadi simbol bahkan jembatan politik. Prabowo pernah mengajak Jokowi naik kuda di Hambalang Oktober 2016 lalu. Saat itu, Prabowo dan Jokowi kompak menyebut momen tersebut upaya menjaga silaturahmi politik setelah rekonsiliasi pascapilpres.
ADVERTISEMENT
Kemudian jelang deklarasi Prabowo sebagai capres Gerindra pada Rabu (11/4) lalu, kuda kembali menjadi simbol politik. Kali ini, Sang Ketum Gerindra ini mengajak "sekutunya" yaitu elite PAN dan PKS untuk naik kuda, diarak mengeliling Padepokan Garudayaksa, Hambalang, Bogor.
Saat itu, tampak Presiden PKS Sohibul Iman, Sekjen PKS Mustafa Kamal, lalu Ketum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais dan Sekjen PAN Eddy Soeparno. Hadir pula Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang diusung oleh Gerindra.
Wasekjen Gerindra Andre Rosiade menyebut Prabowo bukan tanpa maksud mengajak para elite PAN dan PKS itu naik kuda. Kuda kali ini menjadi simbol ajakan koalisi dari Gerindra kepada PAN dan PKS. Sebab, kursi Gerindra masih belum cukup untuk mendaftarkan Prabowo sebagai capres.
ADVERTISEMENT
"Pak Prabowo ingin berbagi kesenangan bersama Pak Zul, Pak Amien, Pak Sohibul. Berkuda sambil bahas politik, supaya lebih cair komunikasinya," ujar Andre kepada kumparan (kumparan.com), Senin (16/4).
Prabowo Subianto di Rakornas Gerindra (Foto: Dok. Gerindra)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto di Rakornas Gerindra (Foto: Dok. Gerindra)
PAN dan PKS seakan menjadi tumpuan dan harapan Gerindra. Dengan perolehan kursi hanya 73 di DPR, Gerindra harus mendapat tambahan kursi dari PAN (49) dan PKS (40) demi memenuhi syarat pencapresan sebesar 112 kursi.
Sayangnya, gayung belum bersambut. Baik PKS maupun PAN belum mendeklarasikan dukungan resmi bagi Prabowo Subianto untuk maju capres.
Dimulai dari PKS. Partai besutan Sohibul Iman ini memberi syarat yang tak mudah bagi Gerindra. Jika ingin mendapat dukungan, maka Prabowo harus memilih cawapres dari kader PKS. PKS saat ini memang menyiapkan 9 cawapres dari kader internal untuk dipilih Prabowo.
Peta Pilpres 2019. (Foto: Chandra Dyah A/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peta Pilpres 2019. (Foto: Chandra Dyah A/kumparan)
9 nama itu adalah Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher), Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, mantan Presiden PKS Anis Matta, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Presiden PKS saat ini Sohibul Iman, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, mantan Menkominfo Tifatul Sembiring, Muzzamil Yusuf, dan Mardani Ali Sera.
ADVERTISEMENT
Presiden PKS Sohibul Iman menegaskan dari awal: pilih cawapres dari PKS atau PKS akan buka pintu kepada calon lain. “Ya tentu dalam konteks kami berkomunikasi untuk berkoalisi ya kami call-nya pada call itu. Call tinggi kami adalah, kami siap berkoalisi dengan Pak Prabowo asal cawapres diambil dari yang sembilan itu,” kata Sohibul di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Minggu, (15/4).
Ternyata, PKS tak sepenuhnya satu suara soal pencalonan Prabowo. Sejumlah sumber di internal PKS, menyebut elite di partai itu terbelah. Kubu pertama adalah mereka yang mendukung Prabowo untuk maju sebagai capres. Kubu ini dipimpin oleh sang presiden, Sohibul Iman.
Mereka berharap bahwa Prabowo akan memilih salah satu kader PKS sebagai cawapres. Manfaatnya, adalah pundi-pundi suara PKS akan bertambah ketika ada kader yang menjadi cawapres.
Presiden PKS, Sohibul Iman (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden PKS, Sohibul Iman (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Kubu yang kedua dipimpin oleh Ketua Majelis Dewan Syuro PKS, Salim Segaf Al Jufri. Kubu ini menyadari majunya Prabowo tidak bisa menjamin kemenangan di 2019, apalagi melawan Jokowi. Oleh sebab itu, dibutuhkan calon alternatif yaitu kombinasi mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Kombinasi keduanya dianggap bisa mengalahkan Jokowi di 2019 nanti.
ADVERTISEMENT
Kubu ini yakin, meski tidak menyorongkan kader tapi elektabilitas partai akan ikut terkerek tatkala kombinasi Anies dan Gatot bisa menang di 2019. Gatot disebut sudah melakukan pendekatan dengan sejumlah elite PKS. Selain dukungan di 2019, masalah logistik di 2019 juga jadi salah satu pembahasan.
Salah satu bentuk ketidaksetujuan Salim Segaf atas pencalonan Prabowo terlihat dengan ketidakhadirannya saat Gerindra mendeklarasikan Prabowo sebagai cawapres. Saat itu, PKS diwakili Sohibul Iman selaku presiden dan sekjen Mustafa Kamal.
Ketua DPP PKS Nasir Jamil mengakui adanya perbedaan di internal partainya. Ia malah yakin bahwa Prabowo akhirnya akan memberikan tiket nyapres ke Gatot.
"Saya punya analisis itu tiket akan diberikan ke orang lain yang paling berkesempatan adalah Pak Gatot Nurmantyo," ujarnya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (16/4).
ADVERTISEMENT
Ia punya alasan, pertama biaya logistik pilpres yang besar. "Bukannya saya enggak percaya sama Pak Prabowo ya. Saya melihat logistik di 2014 sudah terkuras. Saya enggak tahu selama 5 tahun ini sudah mendapatkan logistik kembali atau tidak," tuturnya.
Gatot Nurmantyo (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gatot Nurmantyo (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Namun, jika pada akhirnya partainya memilih berkoalisi dengan Gerindra, Nasir memprediksi hanya 2 orang yang berpeluang jadi cawapres Prabowo yaitu, Anis Matta dan Ahmad Heryawan.
"Anis Matta dengan jaringan sudah punya, komunikasi bagus, sementara Aher punya pengalaman di Jabar. Rakyat punya kedekatan emosional," tuturnya.
Lalu, ke mana PKS akan berlabuh?