PM Australia Tuduh Negara Asing Serang Situs Parlemen

18 Februari 2019 12:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Foto: AFP/POOL/SAEED KHAN
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Foto: AFP/POOL/SAEED KHAN
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Australia Scott Morrison menuding pemerintah asing melakukan serangan siber ke sejumlah situs parlemen dan partai politik besar.
ADVERTISEMENT
Morrison menyampaikan pernyataan tersebut pada Senin (18/2), tanpa membeberkan pemerintah mana yang ia duga melakukan pelanggaran.
Isu serangan siber muncul jelang pemilu Australia Mei mendatang. Pada awal Februari seluruh anggota parlemen diperintahkan mengganti pasword komputernya.
Perintah dikeluarkan Badan Intelijen Siber Australia, usai mereka mendeteksi adanya serangan siber di jaringan komputer parlemen nasional Australia.
Menurut PM Morrison, dari laporan diterimanya, jaringan yang jadi korban berasal dari partai politik besar serta berpengaruh di Negeri Kanguru.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Foto: AFP/ALEJANDRO PAGNI
"Ahli siber kami yakin aktor dari serangan jahat ini berasal dari negara canggih," sebut Morrison seperti dikutip dari Reuters, Senin (18/9).
"Kami juga tahu bahwa jaringan dari beberapa partai seperti Liberal, Buruh, dan Nasional juga terdampak," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Dalam pidatonya di parlemen, Morrison memastikan tidak ada bukti yang menunjukkan serangan siber itu berdampak pada pemilu Australia.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Keamanan Siber Australia, Alastair McGibbon, menyebut saat ini pihak berwenang tengah berupaya mengamankan seluruh jaringan lokal di parlemen.
PM Scott Morrison Foto: Mick Tsikas/via REUTERS
"Institusi politik kami telah menjadi target paling tinggi," kata McGibbon.
Walau pemerintah menyatakan investigasi masih berjalan, pengamat keamanan siber Australia, Fergus Hanson, menduga pelakunya antara China atau Rusia.
"Kalau bicara apa motifnya, pelaku utamannya mungkin China, tapi Rusia juga tidak boleh dikesampingkan," jelas Hanson.
Sejak 2017 lalu, hubungan antara China dan Australia berjalan tidak begitu baik. Pemicunya adalah tuduhan Canberra yang menyebut Beijing berupaya mencampuri urusan domestik Australia.