KONTEN SPESIAL, Misteri Mayat Dalam Koper, Budi Hartanto

Polda Jatim: Pembunuhan Budi di Kediri Tak Direncanakan Rapi

11 April 2019 11:32 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konten Spesial: Misteri Mayat Dalam Koper. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan dan Putri Sarah Arifira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konten Spesial: Misteri Mayat Dalam Koper. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan dan Putri Sarah Arifira/kumparan
ADVERTISEMENT
Penemuan koper berisi tubuh pria tak bernyawa membuat geger warga Blitar, Jawa Timur, Rabu (3/4) pagi, pekan lalu. Lokasinya tak jauh dari Jembatan Karanggondang, Udanawu.
ADVERTISEMENT
Korban pembunuhan teridentifikasi sebagai Budi Hartanto (28), seorang guru honorer di sebuah sekolah menengah atas, dan juga staf tata usaha di sebuah sekolah dasar yang berdomisili di Kediri. Polda Jawa Timur turun langsung mengambil alih penanganan kasus ini.
Polisi mengaku berhasil mengidentifikasi pelaku yang diperkirakan berjumlah lebih dari satu orang. Namun, mereka belum berhasil diringkus. Jajaran Polres Kediri, Polres Blitar, dan Direktorat Kriminal Umum Polda Jawa Timur memilih bungkam soal pengusutan kasus ini.
Budi Hartanto. Foto: Dok. Istimewa
kumparan berbincang dengan Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Frans Barung Mangera, soal perkembangan pengungkapan kasus dan kesulitan polisi memburu pelaku. Ia meminta beberapa penjelasannya tidak dikutip demi kelancaran proses penyidikan. Berikut petikannya:
ADVERTISEMENT
Bagaimana perkembangan penyidikan kasus ini?
Ada beberapa hal yang maju kemarin itu justru menyulitkan kita dalam pengungkapannya. Tadi titiknya harusnya menuju ke Kediri saja, tapi ini malah melebar karena kita sudah menyampaikan ke media dan publik juga sudah mengetahuinya. Bahkan orang-orang yang dicurigai ini akhirnya keluar dari daerah.
Kombespol Frans Barung Mangera. Foto: Phaksy Sukowati/kumparan
Apa yang menyebabkan korban tewas?
Kita mendapatkan data bahwa yang bersangkutan ternyata mendapat tikaman sebelah kanan leher yang mengakibatkan meninggal sebelum dilakukan mutilasi. Jadi yang mengakibatkan meninggal dunia adalah tikaman, tebasan atau tikaman pada leher.
Apakah ada perlawanan dari korban?
Fakta-fakta yuridis berdasarkan laboratorium forensik ada luka tangan itu betul, sebelum yang bersangkutan meninggal, yang bersangkutan berusaha menghindar, berusaha menangkis, berusaha melakukan perlawanan-perlawanan sehingga luka-lukanya terlihat di tangan ketika senjata tajam itu diarahkan ke bagian vital yang lainnya dalam rangka sesuai rencana untuk melakukan pembunuhan kepada yang bersangkutan.
ADVERTISEMENT
Jadi sebelum sampai ada luka di leher itu, luka tangan yang dua ini dulu, ada tangkisan sebelum memasuki area yang mematikan itu.
Budi Hartanto. Foto: Dok. Istimewa
Kenapa pelaku melakukan mutilasi?
Kepala ini identitas (yang dikenali) awam karena orang hanya melihat ini A, B,C, D hanya dilihat dari kepalanya saja. Nah, bagi kepolisian ini tidak ada masalah kepalanya hilang, karena identitas lainnya bisa kita lakukan dari sidik jari.
Dengan identifikasi mobile yang kita miliki, cukup dengan jari saja sudah keluar wajahnya. Wajah A,B,C,D. Nah ini kemajuan daripada forensik selesai. Kita nyatakan sudah selesai.
Bagaimana dengan profiling tersangka?
Kita mengarah kepada perbuatan ini dilakukan oleh orang yang cukup dikenal, cukup dekat. Mengapa? Karena yang bersangkutan (pelaku) sendiri bukan datang di tempatnya, tetapi (korban) datang pada orangnya. Mereka yang dikenal ini tentunya memiliki hubungan. Saksi-saksi yang sudah kita periksa, ada 16 itu semua menguatkan bahwa yang bersangkutan ini pernah berhubungan dengan A misalnya, tapi sejauh mana hubungannya? Berapa lama?
Budi Hartanto (kedua dari kiri). Foto: Dok. Istimewa
Hubungan seperti apa?
ADVERTISEMENT
Kita berkesimpulan bahwa hubungan ini bukan hubungan biasa, tapi hubungan spesifik yang memiliki hubungan tertentu, yang orientasinya juga sama dengan orientasi yang kita periksa ini. Kemungkinan seperti itu, sehingga kita menghilangkan beberapa hal yang tadinya kita masukkan bahwa ini perampokan, bahwa ini masalah ekonomi.
Nah dari situ, kita akhirnya mengarah kepada beberapa orang untuk kita lakukan pencarian, tetapi ternyata yang bersangkutan hilang sampai sekarang. Nah ini yang kita tahan dulu pemberitaannya karena yang kita cari ini bukan benda tetapi manusia yang punya mobilitas, dinamikanya juga cukup tinggi.
Bisa dijelaskan bagaimana kronologi pembunuhan berdasarkan temuan di lapangan?
Locus per locus ya. Dari TKP ke TKP itu bisa diuraikan bahwa Blitar bukanlah TKP membunuh tetapi yang di Kediri, di sekitar wilayah Kediri yang jelas (lokasi pembunuhan).
ADVERTISEMENT
Karena saksi mengatakan bahwa Almarhum ini pernah datang ke sana-ke sini jadi ya kita berkesimpulan bahwa Blitar kota hanya tempat di mana dilakukannya pembuangan daripada hasil tindakan pembunuhan. Kronologinya sesuai dengan laboratorium forensik.
Suasana TKP penemuan jenazah Budi Hartanto. Foto: Resnu Andika/kumparan
Kapan korban diperkirakan tewas?
Diperkirakan korban ini meninggalnya antara Pukul 21.30 sampai jam 07.00 WIB. Artinya, lebam mayat yang kita temukan menunjukkan seperti itu. Sehingga kalau kita ditanyakan bagaimana kronologinya? Kronologinya adalah Kediri tempat eksekusi sedangkan Blitar tempat dibuangnya mayat itu.
Kenapa mayat dibuang ke Blitar?
Kalau kita lihat mayat yang ditemukan itu. Itu artinya bahwa dia (pelaku) terburu-buru melakukan rancangan pembuangan. Karena kalau dia tidak terburu-buru maka saya sudah katakan tadi, bahwa untuk menghilangkan identitas awam korban, itu dia buru-buru membuangnya.
Suasana TKP penemuan jenazah Budi Hartanto. Foto: Resnu Andika/kumparan
Artinya perencanaannya tidak matang?
ADVERTISEMENT
Jadi tidak ada perencanaan pembunuhan yang cukup rapi di sini. Kalau dia rapi berarti dibuang di sungai dekat sampingnya kira-kira. Tetapi kalau dia tidak rapi, berarti dia hanya membuang mayat itu dengan harapan identitas awamnya sudah dihilangkan. Padahal, untuk mendapatkan identitas awam sangat canggih sekali, cukup dengan darahnya saja kita sudah bisa mendapatkan identitasnya. Apalagi punya lengkap sidik jarinya, sehingga ini kita munculkan menjadi sesuatu identitas bahwa itu adalah Almarhum.
Dengan mayat ini sebetulnya kalau kita lihat polisi melihat bahwa ini bukan lagi pembuangan untuk menghilangkan jejak, tapi membuangnya terburu-buru.
Kesulitan yang dihadapi polisi untuk menangkap pelaku?
Ada dua hal yang menjadi kesulitan kita saat ini. Pertama bahwa kebutuhan informasi publik itu juga dibutuhkan oleh masyarakat sehingga masyarakat selalu menginginkan informasi itu karena ini cukup menarik. Dia seorang guru tari, punya sanggar, seorang guru di sekolah dasar dan memenangi juara beberapa kali, apalagi terakhir sebelum meninggalnya seminggu yang lalu ia adalah juara lomba di KPU.
Makam Budi Hartanto. Foto: Resnu Andika/kumparan
Sungguh menarik karena dia adalah salah satu publik figur juga di wilayah-wilayah ini. Dan dia cukup terkenal di antara komunitasnya. Karena ini kematiannya seperti itu sehingga menimbulkan tanda tanya yang cukup besar dari masyarakat. Sisi lain, polisi perlu yang namanya kerahasiaan di dalam pelaksanaan penyelidikan.
ADVERTISEMENT
Dua ini yang terbentur di atas, sehingga mau tidak mau kebutuhan publik harus kita penuhi terus sehingga menjadi suatu kesulitan. Jika kita beritakan terus-menerus akhirnya yang terjadi adalah mobilitas dinamika yang kita cari ini justru menghilang.
Bagaimana dengan saksi kunci?
Kita tahu juga bahwa penyelidikan ini semakin mudah, manakala saksi-saksi utama, saksi kunci ini kita dapatkan. Sampai dengan sekarang saksi kunci belum kita dapatkan untuk siapa yang mendengar langsung, siapa yang melihat langsung, siapa yang mengalami langsung kejadian ini dan turut serta mempermudah penyelidikan belum kita dapatkan
Polisi hanya menggunakan teknis penyelidikan, teknis kepolisian dan informasi teknologi kepolisian yang ada dalam rangka merangkai kejadian dari kasus ini.
Kronologi kasus mayat dalam koper di Kediri Foto: Putri Arifira/kumparan
ADVERTISEMENT
Simak ulasan selengkapnya di topik Misteri Mayat dalam Koper.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten