Polemik Cuitan Dokter yang Sebut PAUD sebagai Tempat Bisnis

10 Januari 2018 12:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak-anak  PAUD  (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak-anak PAUD (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Jagat maya baru-baru ini dibuat heboh dengan kicauan pria bernama Jiemi Ardian. Dilihat dari bio akun Twitter miliknya, Jiemi berprofesi sebagai Hypnotherapist, Mindfulness Practitioner, National Hypnotherapy Instructor, NLP'er, Psychiatric Resident, Half Doctor-Half Shaman.
ADVERTISEMENT
Cuitan dari akun @jiemiardian yang dituliskan pada Jumat (5/1) telah menjadi perbincangan dan perdebatan menarik di jagat maya terutama di kalangan orang tua. Menurutnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bukanlah pendidikan anak, melainkan sebuah bisnis yang mengatasnamakan pendidikan anak.
Kicauan Jiemi tersebut bahkan telah diretweet lebih dari 2 ribu kali dan disukai 2 ribu akun warganet.
"PAUD itu bukan pendidikan anak, PAUD itu bisnis atas nama pendidikan anak," begitulah cuitan pertama dari kultweet yang dibuat @jiemiardian.
Cuitan dokter Jiemi Ardian tentang PAUD (Foto: Facebook /Dodi K Wibowo )
zoom-in-whitePerbesar
Cuitan dokter Jiemi Ardian tentang PAUD (Foto: Facebook /Dodi K Wibowo )
Jiemi pun mengatakan tidak sedikit sekolah yang memaksakan anak dengan tugas-tugas.
"Kebanyakan sekolah memaksakan anak. Anak perlunya bermain malah disuruh belajar. Keliru besar," cuitnya
Ia juga mengatakan anak di bawah usia 4 tahun itu belum paham dengan tugas yang diberikan.
ADVERTISEMENT
"Anak di bawah 4 tahun enggak (akan) bisa berfikir formal, enggak (akan) paham tentang tugas, enggak (akan) paham tentang sekolah. Jangan siksa mereka dengan sesuatu yang enggak akan bisa dikerjakan," katanya.
Cuitan dokter Jiemi Ardian tentang PAUD (Foto: Facebook /Dodi K Wibowo )
zoom-in-whitePerbesar
Cuitan dokter Jiemi Ardian tentang PAUD (Foto: Facebook /Dodi K Wibowo )
Postingan Jiemi sontak mendapat respons beragam dari netizen.
Salah satu netizen bernama Sukma Furqan, seorang guru TK, tidak sependapat dengan Jiemi. Menurutya memasukkan anak ke PAUD adalah tuntutan untuk memasukan anak ke Sekolah Dasar, karena syarat untuk masuk ke SD adalah harus sudah pintar membaca dan menulis.
"Mohon jangan salahin PAUD atau TK ya. PAUD dan TK mengajarkan calistung karena tuntutan dari SD yang sudah harus pintar membaca dan menulis. Perbaiki dulu sistem di SD baru protes PAUD itu tempat berbisnis. Saya 12 tahun menjadi guru TK," ujar Sukma Mmx Furqan Farrah.
ADVERTISEMENT
Netizen lainnya juga turut mengomentari cuitan dari Jiemi, Rini Kurniawati salah satunya. Dia mengungkapkan anaknya selalu senang dengan ajaran PAUD, seperti bernyanyi, menggambar, dan menurutnya anaknya tidak pernah dipaksa untuk belajar membaca, menulis dan berhitung.
"Anak saya mau 3 tahun sudah dari 1 1/2 tahun ikutkan PAUD, bahkan kakaknya dulu juga PAUD, tapi nggak ada kok yang namanya dikasih PR. Di PAUD diajarin bernyanyi menggambar bahkan surat-surat pendek, asmaul husna. Anak saya happy-happy wae, malah kalau nggak sekolah malah nangis, karena nggak bisa main sama teman-teman yang seumuran. Di PAUD juga nggak ada tuh anak dipaksa belajar calistung kecuali kalau emang udah usia TK karena emang tuntutan SD," tulis Rini Kurniawat di Facebooknya.
ADVERTISEMENT
Jiemi pun memberikan tanggapan atas pro dan kontra yang diterimanya terkait pembahasannya soal PAUD.
"Anak nggak butuh bisa menggambar, baca tulis, menghitung di usia segitu. Buat apa punya anak bisa baca tulis dan menggambar di usia dini tapi jiwanya terganggu? Buat kasih makan ego orang tua untuk bangga sama anak dengan cara yang salah?," tulisnya.
"Yuk berhenti ikut-ikutan tren bisnis untuk menyekolahkan anak sedini mungkin. Anak nggak butuh itu, anak butuh orang tuanya. Bukan PAUD yang memaksa anak bisa calistung," paparnya.
Cuitan dokter Jiemi Ardian tentang PAUD (Foto: Facebook /Dodi K Wibowo )
zoom-in-whitePerbesar
Cuitan dokter Jiemi Ardian tentang PAUD (Foto: Facebook /Dodi K Wibowo )
Namun Jiemi mengembalikan lagi semua ke tangan orang tua.
"Ada kalanya orang tua sibuk dan harus menitipkan anak di PAUD selama mereka bekerja. Saya tidak berani berkomentar apapun untuk hal ini, tapi semua pilihan memiliki konsekuensinya," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
kumparan (kumparan.com) sudah mencoba menghubungi dokter Jiemi via telepon dan WhatsApp, namun hingga saat ini belum mendapat respons.