Polemik Surat SBY soal Kampanye Eksklusif Prabowo-Sandi di GBK

8 April 2019 7:08 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prabowo Subianto dan SBY usai menggelar pertemuan di kediaman Prabowo, Kertanegara, Jakarta, Senin (30/7). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo Subianto dan SBY usai menggelar pertemuan di kediaman Prabowo, Kertanegara, Jakarta, Senin (30/7). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak menghadiri kampanye akbar Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (7/4). SBY harus mendampingi istrinya, Ani Yudhoyono, yang masih perawatan intensif di Singapura setelah divonis mengidap leukimia.
ADVERTISEMENT
Meski tak hadir, SBY tetap memantau acara yang memutihkan seisi SUGBK itu. Namun, sebelum acara dimulai, SBY mengirimkan surat protes terkait konsep kampanye akbar Prabowo-Sandi yang dinilainya eksklusif.
Dalam surat yang diterima kumparan pada Sabtu (6/4) malam, SBY mencurahkan kegelisahannya sebelum kampanye digelar. Surat itu ia tujukan kepada tiga elite Partai Demokrat agar bisa meneruskannya langsung ke Prabowo.
Capres-Cawapres no urut 02 Prabowo-Sandi saat kampanye akbar di Stadion Gelora Bung Karno Foto: Antara Foto/Hafidz Mubarak A
"Sore hari ini, Sabtu, tanggal 6 April 2019, saya menerima berita dari tanah air tentang 'set up', 'rundown' dan tampilan fisik kampanye akbar atau rapat umum pasangan capres-cawapres 02, Bapak Prabowo Subianto-Bapak Sandiaga Uno, di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Karena menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif," tulis SBY.
ADVERTISEMENT
"Malam hari ini, saya mendapat kepastian bahwa informasi yang didapat dari pihak lingkaran dalam Bapak Prabowo, berita yang saya dengar itu mengandung kebenaran," imbuhnya.
Yandri Susanto, ketua DPP PAN. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Namun, SBY tak merinci maksud pernyataannya itu, seperti pada kalimat "show of force" identitas dan makna inklusif. Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Yandri Susanto, menduga inklusif yang dimaksud SBY menekankan pada agenda salat subuh berjemaah dalam kampanye.
Saat itu, agenda kampanye memang dimulai dengan salat subuh berjemaah yang turut dihadiri Prabowo-Sandi, dan diimami Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Sobri Lubis.
ADVERTISEMENT
"Saya juga enggak mengerti, ya, kenapa Pak SBY bilang eksklusif? Saya lihat banyak pemuka agama lain juga di sana. Ada Kristen, Katolik, Buddha," kata Yandri ketika dihubungi kumparan.
Massa kampanye akbar Prabowo-Sandi salat subuh berjemaah bersama di Stadion Gelora Bung Karno Foto: Antara Foto/Sutanta Aditya
"Ya, namanya orang Islam, kan, kalau sudah waktunya salat, ya, salat. Kalau sudah di dalam, mau ke mana coba? Lagi pula juga bagus kan, ada selawat, mendoakan bangsa dan rakyat juga," urai Yandri.
Yandri menegaskan para perwakilan agama lain justru kagum dengan kampanye akbar ini. "Kata mereka, ya, bagus. Toleransi tinggi, massanya banyak, tapi tetap tertib. Ini kan membanggakan," tuturnya.
Kegelisahan SBY juga mendapat perhatian dari sesama partai pengusung, yakni PKS. Berbeda dengan Yandri, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menilai apa yang disampaikan SBY itu sebetulnya nasihat yang baik.
Mardani Ali Sera. Foto: Johanes Hutabarat/kumparan
"Menurut saya, Pak SBY sebagai orang yang sudah berpengalaman berharap mungkin kita bisa membuat terbuka. Nah, merangkul yang undecided, gitu. Tapi itu nasihat yang baik," kata Mardani.
ADVERTISEMENT
Mardani memastikan saran dari SBY akan didengar oleh Prabowo-Sandi dan jajaran timses untuk kampanye selanjutnya. "Insyaallah dilakukan. Masih ada 10 hari ke depan," ujarnya.
Pendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno hadiri kampanye akbar di luar Stadion Gelora Bung Karno, Minggu, (7/4). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan adalah salah satu dari tiga elite Demokrat yang diminta SBY untuk meneruskan pesannya. Kepada kumparan, Syarief menjelaskan surat SBY itu hanya sekadar untuk mengingatkan penyelenggara acara.
"Saya pikir usulan itu bagus untuk mengingatkan, memberikan saran karena selama ini kampanye akbar memang begitu (tidak ekslusif). Jadi mengingatkan kembali," ucap Syarief.
Pendukung pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno saat kampanye akbar di Jakarta, Minggu (7/4). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Kendati tak merinci maksud SBY secara kata per kata, namun, Syarief mengungkapkan surat SBY itu diterima sebelum acara berlangsung. Lalu, atas masukan SBY, ada bagian susunan acara yang berubah.
ADVERTISEMENT
"Bukan keberatan, tapi saat susunan rundown itu diterima (SBY), supaya diperbaiki lagi dan ternyata mengalami perubahan. Ada revisi. Misal, menyangkut penayangan video Habib Rizieq. Itu kan akhirnya ditempatkan di akhir, tidak di awal seakan 212. Itu kan bagus," bebernya.
Video Rizieq memang ditampilkan di akhir sebelum acara selesai, tidak bersamaan dengan sambutan para tokoh. Tak hanya itu, atas masukan SBY pula, Prabowo dan para tokoh yang hadir menyinggung soal pentingnya persatuan dan kesatuan hingga isu khilafah yang menyerang Prabowo.
Sejumlah massa kampanye akbar Prabowo-Sandi mengibarkan bendera dengan gambar Habib Rizieq Syihab di Stadion Gelora Bung Karno Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Yang pasti, Syarief menepis anggapan SBY protes karena kampanye akbar dimulai dengan salat subuh. "Hampir semua ulama tadi mengingatkan kita ini NKRI, kemudian masalah khilafah. Jadi apa yang disampaikan Pak SBY alhamdulillah sudah terlaksana dijalankan 02," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Kendati ketua umumnya tak hadir, Syarief menegaskan Demokrat tetap berkomitmen mendukung Prabowo-Sandi. Kehadiran para pengurus dan kader, lengkap dengan atribut dan spanduk parpol menjadi sederet bukti. Saat itu, selain Syarief, sejumlah kader Demokrat seperti Nachrowi Ramli dan Jansen Sitindaon meramaikan kampanye tersebut.
"Kita bagian dari koalisi, komitmen dari awal kita mendukung," tegas Syarief.
ADVERTISEMENT
Berikut pernyataan lengkap SBY dalam suratnya:
Kepada yang terhormat
1. Ketua Wanhor PD Amir Syamsudin
2. Waketum PD Syarief Hassan
3. Sekjen PD Hinca Panjaitan
Bismilahirrahmanirrahim
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Salam Sejahtera
Salam Demokrat !
Sebenarnya saya tidak ingin mengganggu konsentrasi perjuangan politik jajaran Partai Demokrat di tanah air, utamanya tugas kampanye pemilu yang tengah dilakukan saat ini, karena terhitung mulai tanggal 1 Maret 2019 yang lalu saya sudah memandatkan dan menugaskan Kogasma dan para pimpinan partai untuk mengemban tugas penting tersebut. Sungguh pun demikian, saya tentu memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan agar kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrat tetap berada dalam arah dan jalur yang benar, serta berlandaskan jati diri, nilai dan prinsip yang dianut oleh Partai Demokrat. Juga tidak menabrak akal sehat dan rasionalitas yang menjadi kekuatan partai kita.
ADVERTISEMENT
Sore hari ini, Sabtu, tanggal 6 April 2019 saya menerima berita dari tanah air tentang "set up", "run down" dan tampilan fisik kampanye akbar atau rapat umum pasangan capres-cawapres 02, Bapak Prabowo Subianto-Bapak Sandiaga Uno, di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Karena menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif, melalui sejumlah unsur pimpinan Partai Demokrat saya meminta konfirmasi apakah berita yang saya dengar itu benar. Malam hari ini, saya mendapat kepastian bahwa informasi yang didapat dari pihak lingkaran dalam Bapak Prabowo, berita yang saya dengar itu mengandung kebenaran.
Sehubungan dengan itu, saya minta kepada Bapak bertiga agar dapat memberikan saran kepada Bapak Prabowo Subianto, Capres yang diusung Partai Demokrat, untuk memastikan hal-hal sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Penyelenggaraan kampanye nasional (dimana Partai Demokrat menjadi bagian didalamnya) tetap dan senantiasa mencerminkan "inclusiveness", dengan sasanti "Indonesia Untuk Semua" Juga mencerminkan kebhinekaan atau kemajemukan. Juga mencerminkan persatuan. "Unity in diversity". Cegah demonstrasi apalagi "show of force" identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrim.
Pemilihan Presiden yang segera akan dilakukan ini adalah untuk memilih pemimpin bangsa, pemimpin rakyat, pemimpin kita semua. Karenanya, sejak awal "set up"nya harus benar. Mindset kita haruslah tetap "Semua Untuk Semua" , atau "All For All". Calon pemimpin yang cara berpikir dan tekadnya adalah untuk menjadi pemimpin bagi semua, kalau terpilih kelak akan menjadi pemimpin yang kokoh dan insya Allah akan berhasil. Sebaliknya, pemimpin yang mengedepankan identitas atau gemar menghadapkan identitas yang satu dengan yang lain, atau yang menarik garis tebal "kawan dan lawan" untuk rakyatnya sendiri, hampir pasti akan menjadi pemimpin yang rapuh. Bahkan sejak awal sebenarnya dia tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin bangsa. Saya sangat yakin, paling tidak berharap, tidak ada pemikiran seperti itu (sekecil apapun) pada diri Pak Jokowi dan Pak Prabowo.
ADVERTISEMENT
Saya pribadi, yang mantan Capres dan mantan Presiden, terus terang tidak suka jika rakyat Indonesia harus dibelah sebagai "pro Pancasila" dan "pro Kilafah". Kalau dalam kampanye ini dibangun polarisasi seperti itu, saya justru khawatir jika bangsa kita nantinya benar-benar terbelah dalam dua kubu yang akan berhadapan dan bermusuhan selamanya. Kita harus belajar dari pengalaman sejarah di seluruh dunia, betapa banyak bangsa dan negara yang mengalami nasib tragis (retak, pecah dan bubar) selamanya. The tragedy of devided nation. Saya pikir masih banyak narasi kampanye yang cerdas dan mendidik. Seperti yang kita lakukan dulu pada pilpres tahun 2004, 2009 dan 2014. Bangsa kita sangat majemuk. Kemajemukan itu di satu sisi berkah, tetapi disisi lain musibah. Jangan bermain api, terbakar nanti.
ADVERTISEMENT
Para kader pasti sangat ingat, Partai Demokrat adalah partai Nasionalis-Religius. Bagi kita Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika adalah harga mati. Tidak boleh NKRI menjadi Negara Agama ataupun Negara Komunis. Indonesia adalah "Negara Pancasila" dan juga "Negara Berke-Tuhanan". Inilah yang harus diperjuangkan oleh Partai Demokrat, selamanya.
Saya berpendapat bahwa juga tidak tepat kalau Pak Prabowo diidentikkan dengan khilafah. Sama tidak tepatnya jika kalangan Islam tertentu juga dicap sebagai khilafah ataupun radikal. Demikian sebaliknya, mencap Pak Jokowi sebagai komunis juga narasi yang gegabah. Politik begini bisa menyesatkan. Sejak awal harusnya narasi seperti ini tidak dipilih. Tetapi sudah terlambat. Kalau mau, masih ada waktu untuk menghentikannya.
Dari pada rakyat dibakar sikap dan emosinya untuk saling membenci dan memusuhi saudara-saudaranya yang berbeda dalam pilihan politik, apalagi secara ekstrim, lebih baik diberi tahu , apa yang akan dilakukan Pak Jokowi atau Pak Prabowo jika mendapat amanah untuk memimpin Indonesia 5 tahun mendatang (2019-2024). Apa solusinya, apa kebijakannya? Tinggalkan dan bebaskan negeri ini dari benturan identitas dan ideologi yang kelewat keras dan juga membahayakan. Gantilah dengan platform, visi, misi dan solusi. Tentu dengan bahasa yang mudah dimengerti rakyat. Sepanjang masa kampanye, bukan hanya pada saat debat saja.
ADVERTISEMENT
Demikian Pak Amir, Pak Syarief dan Pak Hinca pesan dan harapan saya. Ketika saya menulis pesan ini, saya tahu AHY berada dalam penerbangan dari Singapura ke Jakarta, setelah menjenguk Ibu Ani yang masih dirawat di NUH. Partai Demokrat harus tetap menjadi bagian dari solusi, dan bukan masalah. Selamat berjuang, Tuhan beserta kita.
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Singapura, 6 April 2019
Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono