Polisi: Kapal Ikan Asal Johor Bahru Kerap Jadi Bunker Narkoba

4 Februari 2019 17:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktorat Tindak Pidana Bareskrim Polri, Brigjen Eko Daniyanto (tengah) pada Rilis dir IV narkoba Bareskrim Polri. Foto: Fadjar Hadi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktorat Tindak Pidana Bareskrim Polri, Brigjen Eko Daniyanto (tengah) pada Rilis dir IV narkoba Bareskrim Polri. Foto: Fadjar Hadi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Dittipidnarkoba) Bareskrim Polri mengungkap dua kasus peredaran narkoba jaringan internasional Malaysia-Sumatera sepanjang Januari 2019. Dua kasus itu diungkap oleh Bareskrim di daerah Aceh dan Medan, Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT
Melihat maraknya peredaran narkoba jaringan internasional, Dirttipidnarkoba Bareskrim Polri Brigjen Eko Daniyanto mengakui daerah perbatasan seperti Aceh dan Medan sangat rawan dimanfaatkan oleh para bandar narkoba untuk melakukan transaksi jual beli. "Akhir tahun kita sudah melakukan analisa. Memang kalau kita melihat literasi, daerah dari pantai timur Sumatera ini sangat rawan dengan Malaysia," kata Eko di kantor Dittipidnarkoba Bareskrim Polri, Jakarta Timur, Senin (4/2). Menurut Eko, alur peredaran narkoba yang saat ini sering digunakan bandar dan kurir adalah ship to ship. Kapal-kapal besar pengangkut ikan dan barang seringkali dimanfaatkan sebagai bunker penyimpanan dan penyelundupan narkoba. "Biasanya kapal ikan yang besar itu berasal dari Johor, Malaysia, jadi bunker penyimpanan. Barang-barang yang masuk yang berasal dari Myanmar, China, dan Taiwan disimpan di sana," ucap Eko.
TNI AL Tangkap Kapal Ikan Asing di Bintan. Foto: Dok. Dispen Koarmabar
Selain itu, luasnya area perbatasan dan banyaknya jalur-jalur pelayaran kecil membuat polisi kesulitan untuk melakukan pencegahan maupun penangkapan kepada para pelaku. Dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak untuk mencegah peredaran narkoba di perbatasan. "Ini jadi kendala kita, luas area Sabang. Banyak rute pintu dan ribuan jalur. Oleh karenanya ke depan semua Polres setempat, masyarakat, nelayan, hingga pemda harus ikut terlibat aktif melakukan sosialisasi dan pencegahan. Karena wilayah yang luas ini tidak mungkin bisa kita jaga seluruhnya," jelasnya. Rencananya, pada Maret 2019 mendatang Bareskrim Polri akan bekerja sama dengan kepolisian Diraja Malaysia untuk melakukan operasi bersama di laut. Kerja sama dilakukan untuk mencegah adanya transaksi jual beli narkoba di perbatasan. "Maret nanti kita akan ke Penang Malaysia untuk kerja sama. Nanti kita akan kedepankan join operasional di laut. Selain Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Australia juga akan bergabung," tutup Eko.
ADVERTISEMENT