Polisi Periksa Kejiwaan Rojikun, Pria Pengacak Masjid, di Banyumas

22 Maret 2019 14:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelaku perusakan dan pengotoran Masjid Jami Darussalam (kedua kiri) di Banyumas ditangkap. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pelaku perusakan dan pengotoran Masjid Jami Darussalam (kedua kiri) di Banyumas ditangkap. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Polda Jawa Tengah berencana memeriksa kejiwaan Rojikun yang mengacak-acak Masjid Jami Darussalam di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Tindakan itu dilakukan karena ada dugaan Rojikun punya masalah kejiwaan.
ADVERTISEMENT
"Melakukan koordinasi dengan psikolog untuk ketahui kondisi kejiwaan tersangka," kata Kabid Humas Polda Jateng Kombes Agus Triadmadja dalam keterangan tertulisnya, Jumat (22/3).
Dugaan Rojikun punya masalah kejiwaan timbul karena perilakunya. Dalam kesehariannya, Rojikun juga diketahui warga sering bersikap tidak biasa.
"Rojikun dalam berbicara sering melantur, tidak fokus," sebut Agus.
Rojikun ditangkap setelah mengacak-acak Masjid Jami Darussalam Banyumas pada Kamis (21/3) malam. Dia juga membuat seluruh lantai masjid dipenuhi tanah.
Pelaku perusakan dan pengotoran Masjid Jami Darussalam (tengah) di Banyumas ditangkap. Foto: Dok. Istimewa
Barang-barang yang ada di dalam masjid juga diobrak-abrik. Agus mengatakan, selain mengacak-acak masjid, Rojikun menebang pohon jati dan sejumlah tanaman di kebun milik Kiai Dailami.
Rojikun, kata Agus, bahkan membuang jala ikan milik Kiai Dailami ke sungai. Tak sampai di situ, Rojikun menuju TPA milik Kiai Abdul Majid dan mengobrak-abrik barang yang ada di sana kemudian membuangnya sebagian ke sumur.
ADVERTISEMENT
"Terakhir, ia melempar rumah Kiai Abdul Majid menggunakan batu," ujar Agus. "Selesai melempar batu ke rumah Kiai Abdul Majid, ia pulang ke rumah dengan berjalan kaki dengan jarak sekitar 5 KM".
Agus mengatakan Rojikun juga sakit hati kepada Kiai Abdul Majid. Kiai Abdul Majid ini merupakan takmir Masjid Darussalam dan juga bagian dari pengurus pondok pesantren.
"Tersangka Rojikun pun merasa sakit hati kepada Kiai Abdul Majid karena tidak mau menjadikan Rojikun sebagai santri dan tidak mau mengajarkan ilmu agama kepadanya," kata Agus.