Polisi Tangkap 5 Orang yang Diduga Pelaku Pembantaian di Mali

30 Maret 2019 11:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita saat memeriksa kerusakan usai serangan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata di Ogossagou, Mali. Foto: Malian Presidency/Handout via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita saat memeriksa kerusakan usai serangan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata di Ogossagou, Mali. Foto: Malian Presidency/Handout via Reuters
ADVERTISEMENT
Pihak berwenang Mali telah menahan lima orang yang diduga ikut terlibat dalam pembantaian suku Fulani di Mali. Kelimanya diamankan setelah saksi mengenali mereka sebagai penyerang.
ADVERTISEMENT
“Di antara mereka (saksi) yang menjalani perawatan medis, mereka mengaku melihat lima orang ini sebagai penyerang,” kata jaksa penuntut wilayah Mopti, Aza Ould Mohamed Nazim, dilansir dari Reuters, Sabtu (30/3).
Dia mengatakan kelima orang itu telah dipindahkan dari Desa Ogossagou ke ibu kota Bamako dan diawasi dengan ketat.
Seorang wanita suku Fulani berdiri di luar sebuah rumah usai penyerangan di Ogossagou, Mali. Foto: Malian Presidency/Handout via Reuters
Pembantaian yang terjadi pada Sabtu (23/3) dini hari itu sedikitnya menewaskan 157 warga. Konflik diduga bermula akibat perseteruan antara suku Muslim Fulani dan suku petani Dogon.
Konflik kedua suku bermula karena cekcok soal lahan peternakan. Dogon menuding ternak-ternak Fulani telah menghancurkan perkebunan mereka. Kedua suku juga kerap bertengkar memperebutkan sumber air.
Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita saat memeriksa kerusakan usai serangan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata di Ogossagou, Mali. Foto: Malian Presidency/Handout via Reuters
Biasanya, kisruh berakhir dengan perundingan tanpa pertumpahan darah. Kondisi berubah pada 2012 ketika kelompok Islam radikal muncul.
ADVERTISEMENT
Dogon yang kerap jadi sasaran serangan teroris menuding suku Fulani yang Muslim mendukung terorisme. Pada 2016, suku Dogon membentuk kelompok perlawanan bernama Dan Na Ambassagou yang berarti "pemburu yang meyakini Tuhan" untuk melawan teroris.
Namun, dalam perkembangannya Ambassagou lebih banyak menyakiti Fulani ketimbang teroris.
Minggu ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengirim para pakar hak asasi manusia ke daerah itu untuk menyelidiki pembunuhan itu.