Polisi Tembakkan Gas Air Mata Bubarkan Massa Demonstrasi di Sudan

16 Januari 2019 4:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi lemparkan gas air mata untuk bubarkan demonstrasi di Sudan, Rabu (16/1). (Foto: REUTERS/MOHAMED NURELDIN ABDALLAH)
zoom-in-whitePerbesar
Polisi lemparkan gas air mata untuk bubarkan demonstrasi di Sudan, Rabu (16/1). (Foto: REUTERS/MOHAMED NURELDIN ABDALLAH)
ADVERTISEMENT
Polisi anti huru hara menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan demonstran yang berunjuk rasa di Khartoum, Sudan, Rabu (16/1). Aksi ini ditujukan sebagai bentuk protes sehari setelah Presiden Omar al-Bashir menyatakan tidak akan mewujudkan perubahan seperti apa yang diinginkan massa.
ADVERTISEMENT
Aksi ini merupakan kelanjutan dari gelombang protes masyarakat terhadap keputusan pemerintah yang melipatgandakan harga roti sejak 19 Desember lalu. Orang-orang yang merasa tidak puas, memutuskan untuk turun ke jalanan menentang keputusan pemerintah tersebut.
Para demonstran meneriakan “Perdamaian, keadilan, dan kebebasan,” dan “Kami adalah pejuang, kami akan mencapai misi kami.” Mereka juga membawa bendera Sudan beserta spanduk yang menyatakan “Revolusi adalah pilihan rakyat.”
Polisi lemparkan gas air mata untuk bubarkan demonstrasi di Sudan, Rabu (16/1). (Foto: REUTERS/MOHAMED NURELDIN ABDALLAH)
zoom-in-whitePerbesar
Polisi lemparkan gas air mata untuk bubarkan demonstrasi di Sudan, Rabu (16/1). (Foto: REUTERS/MOHAMED NURELDIN ABDALLAH)
Berminggu-minggu aksi protes menjadi salah satu tantangan paling serius bagi pemerintahan 30 tahun Presiden Bashir. Namun, sang Presiden tetap bersikeras bahwa pengunjuk rasa akan gagal dalam tujuan mereka.
“Demonstrasi tidak akan mengubah pemerintah,” kata Bashir, dikutip dari AFP, Rabu (16/1).
"Hanya ada satu jalan menuju kekuasaan dan itu adalah melalui kotak suara. Rakyat Sudan pada tahun 2020 akan memutuskan siapa yang akan memerintah mereka," kata Bashir.
Polisi lemparkan gas air mata untuk bubarkan demonstrasi di Sudan, Rabu (16/1). (Foto: REUTERS/MOHAMED NURELDIN ABDALLAH)
zoom-in-whitePerbesar
Polisi lemparkan gas air mata untuk bubarkan demonstrasi di Sudan, Rabu (16/1). (Foto: REUTERS/MOHAMED NURELDIN ABDALLAH)
Setidaknya, 24 orang tewas sejak aksi protes ini berlangsung pada 19 Desember 2018 lalu. Namun data dari Amnesti Internasional menunjukkan, lebih dari 40 orang tewas dan lebih dari 1.000 orang ditangkap, termasuk para pemimpin oposisi, aktivis dan jurnalis serta demonstran.
ADVERTISEMENT
Meskipun kerusuhan dipicu oleh kenaikan harga roti, Sudan juga tengah menghadapi krisis ekonomi yang meningkat sejak tahun lalu yang ditandai dengan merosotnya nilai mata uang.
Selain itu,kekurangan makanan dan bahan bakar juga berulang kali dilaporkan terjadi di berbagai kota. Biaya makanan dan obat-obatan juga mengalami meningkat lebih dari dua kali lipat.