Polisi: Terduga Teroris Rencanakan Serangan Bom Saat Aksi 22 Mei

17 Mei 2019 15:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal (depan) dan Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (kanan). Foto: Mirsan Simamora/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal (depan) dan Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (kanan). Foto: Mirsan Simamora/kumparan
ADVERTISEMENT
Divisi Humas Polri mengimbau masyarakat tidak turun ke jalan pada 22 Mei 2019. Imbauan ini dikeluarkan karena ada kekhawatiran yang menyerang massa pada hari penetapan hasil rekapitulasi suara Pemilu itu.
ADVERTISEMENT
Kadiv Humas Polri Irjen M. Iqbal mengatakan, kekhawatiran itu muncul setelah Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap sejumlah terduga teroris dalam beberapa bulan belakangan. Di antaranya terduga teroris itu diklaim sudah merencanakan penyerangan saat pengumuman oleh KPU berlangsung.
"(Terduga teroris) merencanakan aksi amaliyah. Nah ini ya, melaksanakan aksi amaliyah atau aksi teror dengan menyerang kerumunan massa pada tanggal 22 Mei mendatang dengan menggunakan bom," ujar Iqbal di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (17/5).
Ilustrasi Teroris Foto: Shutter Stock
Iqbal menjelaskan, kelompok tersebut sengaja memanfaatkan momentum pesta demokrasi. Seperti diketahui, tanggal 22 Mei merupakan waktu pengumuman pemenang Pilpres 2019.
"Karena bagi kelompok ini, demokrasi adalah paham yang tidak sealiran dengan mereka. Dan ini (massa) adalah target mereka," jelas Iqbal.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu lewat forum ini, Kepolisian RI, saya selaku Kepala Divisi Humas juga sebagai juru bicara, menyampaikan bahwa pada tanggal 22 Mei masyarakat kami imbau tidak turun. Ini akan membahayakan, karena mereka akan menyerang semua massa termasuk aparat," imbuhnya.
Menurutnya, penangkapan para terduga teroris merupakan bagian dari penegakan hukum untuk pencegahan yang dilakukan oleh kepolisian.
"Kita tidak ingin ini terjadi di kerumunan massa. Bayangkan, kalau 100 saja, sudah berapa korban. Kita tidak boleh under estimate, kita terus bekerja, kita tidak bisa meyakinkan apakah kelompok ini selesai masih di sini atau masih ada. Densus 88 terus bekerja," pungkas Iqbal.