Polisi Tutup 1.600 Konten Sosial Media Terkait Terorisme

10 Mei 2019 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bermain media sosial. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bermain media sosial. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Anggota kelompok teroris JAD jaringan Bekasi-Lampung, EY, belajar merakit bom dari sosial media. Hasilnya memang cukup berbahaya. EY bisa menjadi pelatih bagi anggota jaringan lainnya dalam merakit bom.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran itu membuat polisi menutup sekitar 1.600 situs yang terkait dengan terorisme, mulai dari dari akun twitter hingga YouTube.
“Infonya 1.600 lebih di take down, sudah kerja sama dengan BSSN. Kalau ada akun yang membahayakan, ngajarin buat (bom), info tempat beli akan dilakukan take down pada akun tersebut,” kata Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (10/5).
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo. Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
Menurut Dedi, dari medsos tersebut EY melihat dan mempraktikkan beberapa bom yang meledak di Suriah, Irak, hingga Sri Lanka. Dari tayangan tersebut, EY sempat berhasil melakukan uji coba switching pemicu bomnya.
“Bom ini berhasil dipraktikkan dan memotivasi EY, memperdalam caranya mother of satan pakai alat pemicu, pakai wifi, bukan sinyal HP,” kata Dedi.
ADVERTISEMENT
Mengenai sumber dana, EY mendanai kegiatan dari hasil mengelola sebuah gerai reparasi ponsel bernama Wanky Cell di Bekasi.
“Sejauh ini dia bisa membiayai sendiri kegiatannya dari jasa reparasi HP tersebut,” tutup Dedi.