Polri: Ada Teleskop di Senpi Perusuh, Diduga Ingin Bunuh Jarak Jauh

27 Mei 2019 15:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Barang bukti senjata tajam ditunjukan pada konferensi pers pengungkapan kasus kericuhan 22 Mei, Senin (27/5). Foto: Efira Tamara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Barang bukti senjata tajam ditunjukan pada konferensi pers pengungkapan kasus kericuhan 22 Mei, Senin (27/5). Foto: Efira Tamara/kumparan
ADVERTISEMENT
Polri kembali merilis kelompok perusuh di depan Bawaslu yang berhasil ditangkap. Kali ini, kelompok perusuh ini diminta untuk membunuh tokoh nasional hingga pimpinan lembaga survei.
ADVERTISEMENT
Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal membeberkan bahwa senjata yang disiapkan oleh kelompok ini semuanya merupakan senjata rakitan. Pada salah satu senjata yang berhasil diamankan terdapat teleskop.
Iqbal menjelaskan, adanya teleskop itu mengindikasikan pelaku akan melancarkan penembakan dari jarak jauh.
"Ini (di senpi) ada teleskop, diduga kuat memang ingin menghabisi (menembak) dari jarak jauh. Walaupun rakitan, ini efeknya luar biasa," jelas Iqbal dalam konferensi pers di Kemenkopolhukam, Jakarta, Senin (27/5).
Kadiv Humas Polri, M. Iqbal. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Iqbal menjelaskan, tersangka berinisial HK sudah memboyong 1 senjata api revolver taurus cal 38 pada 21 Mei lalu. HK bersama tersangka lain kemudian membaur dengan massa aksi damai.
"21 Mei 2019, HK membawa 1 pucuk senpi revolver taurus cal 38 beserta tim turun ke depan, bercampur dengan massa aksi untuk melakukan aksinya dengan peserta aksi lainnya," ujarnya.
Sejumlah massa aksi terlibat kericuhan di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Iqbal mengatakan, kelompok yang baru saja diciduk merupakan kelompok yang berbeda dengan perusuh Bawaslu yang sebelumnya telah dirilis. Dia menyebut, bisa jadi ada kelompok lain yang lolos dan belum tertangkap.
ADVERTISEMENT
"Itu sudah 2 kelompok yang teridentifikasi, bisa juga kelompok teroris yang sudah ditangkap beberapa hari sebelum 21-22. Beberapa pelaku sudah kami sampaikan ingin manfaatkan momentum demokrasi," tuturnya.
"Karena demokrasi menurut pahamnya kafir, tidak sepaham itu. Bisa saja kelompok-kelompok lain yang belum berhasil kami tangkap dan identifikasi," lanjutnya.