Polri Fasilitasi Terapi Hiperbarik Bagi Penyelam Lion Air JT 610

12 November 2018 14:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim penyelam membawa alat selam jenis crabe. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim penyelam membawa alat selam jenis crabe. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air PK LQP rute Jakarta-Pangkal Pinang di perairan Ujung Karawang, Jawa Barat, resmi dihentikan. Total 197 kantong berisi potongan tubuh jenazah korban dikumpulkan, dan 112 korban lainnya masih diidentifikasi.
ADVERTISEMENT
Persoalan berikutnya adalah kesehatan bagi para penyelam yang mengalami perbedaan tekanan udara, di darat dan di bawah permukaan air. Untuk itu, RS Polri telah mempersiapkan terapi Hiperbarik bagi para penyelam yang sudah dimulai sejak pekan lalu.
Tim Penyelam Ditpolair Baharkam diberi terapi hiperbarik di RS Polri setelah menyelam untuk mencari korban Lion Air JT-610, Minggu (4/11/2018). (Foto:  Nabilla Fatiara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Penyelam Ditpolair Baharkam diberi terapi hiperbarik di RS Polri setelah menyelam untuk mencari korban Lion Air JT-610, Minggu (4/11/2018). (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
Terapi ini akan menyesuaikan penyelam dengan oksigen murni. Mereka ditempatkan di sebuah ruangan sempit bertekanan dan akan diberikan oksigen selama dua jam.
“Di RS Polri ini yang kita lakukan adalah membantu khususnya pada rekan-rekan penyelam, yang dari Polair upaya pencegahan seperti hiperbarik. Prinsipnya penyakit yang timbul akan kita terapi selain hiperbarik,” ucap Kombespol Yusri Yunus, Vice Commander Tim DVI RS Polri, di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur pada Senin (12/11).
ADVERTISEMENT
Total sudah ada 36 dari penyelam Polair dan dua penyelam dari relawan yang menjalani terapi Hiperbarik. Sejauh ini, Tim Disaster Victim Identification (DVI) belum menemukan keluhan penyakit akibat terkontaminasi langsung dari jenazah.
Tim Penyelam Ditpolair Baharkam diberi terapi hiperbarik di RS Polri setelah menyelam untuk mencari korban Lion Air JT-610, Minggu (4/11/2018). (Foto:  Nabilla Fatiara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Penyelam Ditpolair Baharkam diberi terapi hiperbarik di RS Polri setelah menyelam untuk mencari korban Lion Air JT-610, Minggu (4/11/2018). (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
“Jadi, anda akan di-refresh dengan oksigen baru. Lalu, rasanya akan segar, seperti anda akan kembali 10-15 tahun yang lalu,” tutup Yusri.
Pesawat berjenis Boeing 737 MAX 8 itu jatuh di Ujung Karawang, Senin (29/10), pukul 06.33 WIB. Seharusnya, pesawat tersebut tiba di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang pukul 07.20 WIB.
Bagian pesawat Lion Air yang ditemukan Basarnas, Senin (29/10/2018). (Foto: Dok. SAR Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Bagian pesawat Lion Air yang ditemukan Basarnas, Senin (29/10/2018). (Foto: Dok. SAR Indonesia)
Namun, setelah 13 menit take off dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pesawat mengalami lost contact. Pihak Basarnas mendeteksi badan pesawat berada di kedalaman 40-35 meter di bawah permukaan laut.
ADVERTISEMENT
Meski evakuasi korban dihentikan, pencarian cockpit voice recorder (CVR)--salah satu komponen black box-- terus dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Laporan terakhir, sinyal yang dipancarkan Emergency Locater Transmitter (ELT) dari CVR sempat tidak terdengar lagi di Perairan Karawang, Jawa Barat.