Poltracking: Kampanye Hitam Masih Pengaruhi Perolehan Suara Pilkada

23 Juni 2018 18:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda AR. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda AR. (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Direktur eksekutif lembaga survei Poltracking, Hanta Yuda menilai pemilih masih bisa mengubah pilihannya di H-4 pencoblosan. Menurutnya, ada banyak faktor yang menyebabkan, salah satunya kampanye hitam yang dilakukan masing-masing tim pemenangan di masa tenang jelang pemilihan 27 Juni mendatang.
ADVERTISEMENT
"Dengan 4 hari kalau selisihnya sangat tipis itu masih mungkin berubah. Tetapi karena Jawa Barat dan Jawa Timur itu pemilihnya 30 juta dan 32 juta artinya ingin melakukan treatment atau serangan atau kampanye di udara dan darat," ujar Hanta Yudha di Hotel Sari Pan Pasific Jakarta Pusat, Sabtu (23/6).
Mengingat tanggal 24, 25, hingga 26 sangat tidak dimungkinkan bagi para calon untuk melakukan serangan darat atau melalui kampanye, Hanta beranggapan serangan udara akan menjadi pilihan utama. Serangan udara yang dimaksud Hanta adalah pengaruh yang disebarkan melalui media sosial atau elektronik.
"Serangan udara itu main di udara, di media media sosial mungkin masih bisa," imbuh Hanta.
Namun, menurutnya hal, itu jelas akan menodai sistem pilkada yang harus berjalan secara jujur dan adil. Menurutnya, sekalipun praktik tersebut tidak dilakukan, dampak yang ditimbulkan terkait perolehan suara calon jelas tidak akan terlalu signifikan.
ADVERTISEMENT
"Tetapi juga untuk menggeser pergerakan elektabilitas dengan secara drastis juga agak sulit. Karena itu yang harus dikawal adalah pilkada tidak boleh berlangsung ada kecurangan, baik di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah semuanya karena itu yang harus dikawal. Tidak ada politik uang harus dihindari terutama yang TSM (Terstruktur, Sistematis dan Masif)," kata Hanta.
Tak hanya lewat media sosial, kampanye hitam pun seringkali masih ditemukan oleh panitia pengawas pilkada. Memang tidak masif jumlahnya, namun menurut Hanta hal tersebut terbilang sering dilancarkan di hari tenang jelang hari pemilihan.
"Yang kedua adalah kampanye hitam atau selebaran gelap. Dua hal ini biasanya rentan terjadi pada masa-masa hari tenang karena itu harus dikawal oleh semua," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Hanta meminta kepada seluruh perangkat pilkada khususnya pemilih untuk mengawasi serta melaporkan jika memang ditemukan adanya kecurangan yang dilakukan oleh tim sukses atau simpatisan calon.
"Bawaslu, masyarakat, pemilih semuanya untuk mendukung agar Pilkada di Jawa Barat, Jawa Timur, dan semua daerah 17 provinsi dan beberapa daerah kabupaten kota berlangsung secara demokratis bersih tanpa kecurangan terutama yang TSM (Terstruktur, Sistematis, dan Masif)," tutupnya.