Potret Sekolah di NTT: Ruang Kelas Berdinding Kayu dan Beratap Daun

5 Maret 2018 17:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SMP Negeri 5 Sularu, Kupang Timur, NTT (Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SMP Negeri 5 Sularu, Kupang Timur, NTT (Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kesenjangan fasilitas pendidikan masih jadi PR besar pemerintah Indonesia. Bangunan sekolah yang lengkap dan modern, mayoritas berdiri di pusat-pusat kota. Sedang di kawasan pedesaan, tak sedikit bangunan sekolah yang jauh dari kata layak.
ADVERTISEMENT
Salah satunya, gedung SMP Negeri 5 Sularu di Desa Bipolo, Kupang Timur, Nusa Tenggara Timur. Berdiri sejak tahun 2010 lalu, tiga bangunan kelas di sekolah ini dindingnya berbahan kayu, atapnya terbuat dari anyaman daun lontar, dan lantainya dari semen.
Pantauan kumparan (kumparan.com) di lokasi, tiga kelas tersebut digunakan untuk kelas 7 dan 8. Tak ada saluran listrik di kelas itu. Beberapa bagian lantai dan atapnya pun tampak berlubang. Saat hujan datang, air selalu mengalir masuk ke dalam ruangan.
Satu ruangan kelas bisa memuat sekitar 28 sampai dengan 30 orang siswa, yang belajar dari pukul 07.00 Wita hingga pukul 14.00 WIB. Tak hanya bangunannya saja, meja dan kursi di dalam kelas-kelas itu juga banyak yang patah dan berlubang.
SMP Negeri 5 Sularu, Kupang Timur, NTT (Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SMP Negeri 5 Sularu, Kupang Timur, NTT (Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan)
Salah seorang staf pendiri SMPN 5 Sularu, Silvianus, bercerita, sekolah itu pertama kali dibangun atas kerjasama warga dan pemerintah setempat. "Mengajukan proposal dari panitia pendirian sekolah dari 2010 untuk meminta perhatian pemerintah," kata Silvianus di Desa Bipolo, Kupang Timur, NTT, Senin (5/3).
ADVERTISEMENT
"Bupati Kupang, Ayub Titu Eki, datang ke sini. Bupati berdialog dengan masyarakat setempat. Pemerintah daerah akhirnya membangun sekolah dengan material dan desain yang sangat sederhana. Baru kita bangun ada 3 ruangan lalu sambung lagi 3 ruangan. Semua darurat seperti ini," imbuh dia.
SMP Negeri 5 Sularu, Kupang Timur, NTT (Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SMP Negeri 5 Sularu, Kupang Timur, NTT (Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan)
Silvianus melanjutkan, pihaknya lalu mengajukan proposal bersama masyarakat setempat melalui Forum Musrembangdes. Belasan tahun berjalan, upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil. Bantuan datang dari program CSR salah satu perusahaan.
Namun dananya hanya cukup untuk merenovasi tiga kelas saja, yang digunakan untuk siswa kelas 9. Sementara tiga kelas lainnya yang digunakan untuk siswa kelas 7 dan 8, belum tersentuh renovasi sama sekali hingga kini.
"Yang sebelah sana (untuk kelas 9) dibangun 2016. Kebijakan keputusan bukan di kami. Ada pada level pimpinan. Ini kan hanya meminta terus. Jadi dalam Musrembangdes kita selalu angkat SMP 5. Tapi ya seperti ini kondisinya," ucap Silvianus.
Murid SMP Negeri 5 Sularu, Kupang Timur, NTT. (Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Murid SMP Negeri 5 Sularu, Kupang Timur, NTT. (Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan)
Meski fasilitas belajar mengajar di sekolah itu serba kekurangan, para siswa di sana yang berjumlah 148 orang masih membayar uang sekolah Rp 25 ribu per bulan. Dana BOS sekitar Rp 30 juta per tiga bulan dari pemerintah, rupanya tak banyak membantu.
ADVERTISEMENT
Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Sularu, Gasper Senai, mengaku dana BOS yang dikucurkan digunakan untuk menggaji para guru.
"Ada 22 guru yang mengajar, dengan rincian 2 orang dari PNS dan selebihnya merupakan guru honorer dan kontrak. Untuk guru honorer dan kontrak, pihak sekolah hanya mampu membayar Rp 100 ribu per guru," papar Gasper di lokasi yang sama.
"Meja dan kursi lumayan ada. Buku (pelajaran) juga masih sangat kurang sekali karena harus beli dari dana BOS," imbuhnya.
SMP Negeri 5 Sularu, Kupang Timur, NTT (Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SMP Negeri 5 Sularu, Kupang Timur, NTT (Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan)
Gasper berharap pemerintah segera membantu mewujudkan renovasi seluruh gedung kelas sekolahnya, demi kenyamanan dan keamanan para siswa dalam belajar. "Pernah roboh karena kayu sudah lapuk. Atapnya jatuh turun," ucap Gasper.
"Masyarakat yang gotong royong bantu. Pemerintah tidak ada," pungkasnya.
ADVERTISEMENT