Pemilu 2019, KJRI, Sydney, Australia

PPLN: TPS KJRI Sydney Ditutup karena Desakan Saksi Paslon

14 April 2019 15:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana antrean di KJRI kawasan Maroubra dalam rangka pemilu 2019. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana antrean di KJRI kawasan Maroubra dalam rangka pemilu 2019. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Anggota Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Australia membenarkan adanya desakan saksi dari pasangan calon presiden tertentu untuk menutup tempat pemungutan suara (TPS) tepat waktu. Hal ini terjadi untuk TPS di Konsulat Jenderal RI di Sydney pada Pilpres Sabtu (13/4).
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini disampaikan oleh Anggota Sekretariat PPLN Sydney Hermanus Dimara kepada kumparan, Minggu (14/4). Dia mengatakan, saksi paslon tertentu itu mendesak agar pemungutan suara ditutup tepat pukul 18.00 sesuai dengan jadwal.
"Informasi bahwa pintu agar ditutup tepat jam 18.00 atas desakan pendukung paslon tertentu dikonfirmasi benar, tepatnya atas ketidaksetujuan saksi paslon tertentu karena secara administrasi jadwal pungut suara dari jam 08.00-18.00. Kasus ini terjadi di TPS di KJRI," kata Hermanus.
Hermanus mengatakan, ketika sudah jam 18.00, terjadi rembukan antara PPLN, KPPSLN, Panwaslu, dan saksi agar warga yang sudah di depan gedung KJRI tetap dimasukkan.
"Penolakan keras dilakukan oleh saksi paslon tertentu, yang tetap berpegang pada jadwal jam 08.00-18.00," lanjut Hermanus tanpa menyebut saksi paslon mana yang menolak.
WNI mengantre untuk mengikuti pemilu 2019 di KJRI kawasan Maroubra, Sydney, Australia. Foto: Dok. Istimewa
Menurut Hermanus, ketika itu masih ada sekitar 100 orang yang masih antre. Namun atas negosiasi dengan saksi paslon yang keberatan, akhirnya 40 orang diizinkan masuk untuk dilayani.
ADVERTISEMENT
"Sisanya kemudian membubarkan diri sendiri," kata Hermanus.
Kondisi ini berbeda dengan TPS di KJRI Melbourne yang waktu pemungutan suaranya diperpanjang lantaran masih banyak WNI yang mengantre. Perpanjangan pemungutan suara juga dilakukan di TPS lain di seluruh dunia, termasuk di New York, Amerika Serikat, atau di Paris, Prancis.
Hermanus mengatakan sempat ada diskusi dari warga dengan petugas TPS di KJRI Sydney, namun berlangsung dengan tertib. "Warga sempat mengeluarkan unek-unek namun masih secara tertib," kata Hermanus.
Penutupan TPS juga dilakukan di wilayah lainnya di Sydney. Namun untuk TPS selain KJRI, Hermanus mengatakan penyebabnya bukanlah desakan paslon, melainkan jangka waktu sewa gedung yang harus ditepati.
Antrean warga di Town Hall Sydney untuk mencoblos. Foto: Dok. Istimewa
Ada 22 TPS yang tersebar di Sydney. TPS1, TPS2, TPS3, dan TPS 4 berlokasi di gedung KJRI Sydney sedangkan 18 TPS lainnya menyewa gedung.
ADVERTISEMENT
Salah satu ketegangan terjadi di Sydney Town Hall dengan total 5 TPS ketika penutupan dilakukan karena jam sewa gedung habis. Para pemilih menyanyikan Indonesia Raya sebagai bentuk protes.
"Gedung-gedung selain KJRI memang ada pertimbangan sewa gedung, tapi mempertimbangkan bahwa meskipun jam pungut suara tutup jam 18.00, pasti masih banyak warga yang sudah di dalam gedung yang harus tetap dilayani, jadi PPLN jauh hari sudah minta kebijakan Pengelola gedung untuk bump out tidak tepat jam 18.00. Hal ini juga rekap dan merapihkan gedung," kata Hermanus.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten