PPP Sindir Fadli Zon: Nyinyir Mulu, Kapan Majunya

31 Maret 2018 10:57 WIB
Acara PPP (Foto: Marcia Audita/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Acara PPP (Foto: Marcia Audita/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sejumlah partai pendukung Jokowi di Pilpres mendatang terus menyerang pernyataan dari Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon. Pernyataan Fadli yang dimaksud mengatakan bahwa Indonesia butuh pemimpin negara seperti Presiden Rusia Vladimir Putin.
ADVERTISEMENT
Seperti PPP, Wasekjen Achmad Baidowi bahkan menyinggung Fadli karena hanya mencari-cari kelemahan dari kepemimpinan Jokowi.
"Kalau elite negeri ini bisanya hanya nyinyir mulu, kapan majunya," kata Baidowi dalam keterangannya kepada kumparan (kumparan.com), Minggu (31/03)
Achmad Baidowi anggota komisi II DPR (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Achmad Baidowi anggota komisi II DPR (Foto: Wikipedia)
Ia pun mempertanyakan maksud dari kepemimpinan Putin yang tegas dan dibanding-bandingkan dengan pemerintahan sekarang. Menurutnya, ketegasan seorang pemimpin tak terlihat dari gaya bahasa yang ada melainkan kebijakan yang dikeluarkan.
"Kalau bicara tegas, itu bukan terfokus pada personifikasi orangnya tapi kebijakannya," ujarnya.
"Hanya di era Jokowi, pemerintah tegas dalam beberapa hal seperti eksekusi mati terpidana narkoba, hingga percepatan pembangunan infrastruktur," lanjutnya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa setiap pemimpin punya gaya masing-masing sehingga tidak sepantasnya disalahkan hanya karena memiliki paham yang berbeda.
ADVERTISEMENT
"Jadi meskipun Jokowi bergaya Jawa dalam memimpin itu tak bisa disalahkan karena style pemimpin berbeda-beda," pungkasnya.
Fadli Zon (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fadli Zon (Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan)
Bila Fadli adalah menyamakan kepemimpinan Putin sama seperti kepemimpinan Ketum Gerindra Prabowo Subianto, maka menurut anggota komisi II ini bahwa kemampuan yang dimiliki Prabowo tak seimbang dibandingkan orang nomor satu di Rusia tersebut.
"Nah kalau misalnya Prabowo disamakan dengan Putin gimana ngukurnya? Kalau hanya diukur dengan memimpin sebuah partai atau organisasi HKTI, dan dibandingkan dengan Putin ya tidak seimbang,"pungkasnya.