Prabowo Urai Kekalahan RI di Asean: Dana Riset hingga Harapan Hidup

8 Maret 2019 17:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pidato Kebangsaan Prabowo Subianto di UNKRI. Foto: Ricad Saka/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pidato Kebangsaan Prabowo Subianto di UNKRI. Foto: Ricad Saka/kumparan
ADVERTISEMENT
Capres Prabowo Subianto menyebut ada beberapa indikator yang bisa menjadi patokan untuk melihat seberapa kuat posisi Indonesia di dunia, terutama di Asean. Salah satunya adalah indeks pertumbuhan manusia serta usia harapan hidup di Indonesia yang mendapat posisi 113 di dunia, kalah jauh dari Singapura dan Thailand.
ADVERTISEMENT
"Bayangkan, Singapura nomor 5, Thailand 87, ini mengukur usia harapan hidup, kemudian juga harapan berhasil lahir selamat. Indeks lain juga indeks pendidikan, penghasilan dan sebagainya. Kita masih beruntung, dari 188 negara kita 113," kata Prabowo di Universitas Kebangsaan Republik Indonesia Bandung, Jumat (8/3).
Di segmen pendidikan, Prabowo menyebut pendidikan matematika di Indonesia mnempati posisi 66 dari 70 negara, sementara di bidang membaca ada di posisi 67. Prabowo menyebut, berdasarkan data bank dunia, lebih dari setengah rakyat Indonesia masih buta huruf secara fungsi.
"Kalau universitas, kita lumayan. Dari seribu universitas, kita punya satu, peringkat 192 UI, Malaysia 87, Thailand 217. Masa kalah dengan Malaysia dan Singapura? Nanti insyaallah kita kalahkan mereka semua," tegasnya.
Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto tiba di Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI), Jumat (8/3). Foto: Ricad Saka/kumparan
Sementara untuk jumlah lulusan S3, menurut Prabowo, setiap 1 juta orang Indonesia hanya memiliki 89 lulusan doktoral saja. Angka itu masih kalah jauh dibanding dengan Singapura yang per satu juta orang ada 6.729 doktor.
ADVERTISEMENT
"Malaysia saja punya 2.029, kita hanya 89. Dengan Malaysia, kita 10 persennya saja enggak, 5 persen saja enggak. Ini harus kita koreksi diri. Saya enggak jelek-jelekkan, ini laporan hasil tes darah bangsa kita," ucapnya.
Belum lagi, Prabowo menyebut, anggaran penelitian yang dikucurkan oleh pemerintah hanya mencapai 0,1 persen saja dari seluruh produksi nasional. Data tersebut, kata Prabowo, masih ditambah dengan angka kematian bayi, stunting, dan gizi buruk di Indonesia yang lebih parah dari negara lain.
"Kita ranking 25 dari 149 negara, ada 36,4 persen anak-anak Indonesia tidak mendapat gizi. Tapi karena orang Indonesia enggak mau bicara apa adanya, maksudnya kurang gizi, artinya dia tumbuh sel otaknya kurang, sel otot kurang, sel tulang kurang. Jadi kuli saja kalah dari bangsa lain," pungkas Prabowo.
ADVERTISEMENT