Presiden Uganda dan Rwanda Tandatangani Kesepakatan Damai

Presiden Republik Angola Joao Lourenço (tengah) membuat pernyataan bersama Presiden Rwanda Paul Kagame (kedua kanan) dan Presiden Uganda Yoweri Museveni (kedua kiri) setelah menandatangani perjanjian untuk menghentikan permusuhan antara Uganda dan Rwanda, Rabu (21/8). Foto: AFP/JOAO DE FATIMA

Presiden Uganda dan Rwanda pada Rabu (21/8) menandatangani perjanjian damai di Angola.

Kesepakatan tersebut diteken untuk meredakan tensi antar kedua negara di benua Afrika itu. Sebelumnya, Rwanda dan Uganda hampir berperang.

Mereka saling lempar tuduhan soal terkait dugaan intelijen, pembunuhan politik, dan campur tangan urusan dalam negeri.

Pada Februari Rwanda menutup perbatasannya dengan Uganda. Padahal wilayah tersebut merupakan jalur perdagangan penting di Afrika timur.

Presiden Republik Angola Joao Lourenço (tengah) bersama Presiden Rwanda Paul Kagame (kanan) dan Presiden Uganda Yoweri Museveni (kiri) setelah menandatangani perjanjian untuk menghentikan permusuhan antara Uganda dan Rwanda, Rabu (21/8). Foto: AFP/JOAO DE FATIMA

Tiga bulan setelahnya, tepatnya pada Mei 2019 giliran kepolisian Uganda yang menuduh tentara Rwanda memasuki negara secara ilegal, lalu membunuh dua orang.

Setelah tensi yang terus meningkat, Presiden Rwanda Paul Kagame dan Presidenn Uganda Yoweri Museveni sepakat mengakhiri perseteruan.

"Rwanda dan Uganda telah sepakat menghormati kedaulatan masing-masing negara," tulis pernyataan damai yang ditandatangani presiden kedua negara, seperti dikutip dari AFP, Kamis (22/8).

Dalam kesepakatan itu, Rwanda dan Uganda setuju saling menghormati dan melindungi hak dan kebebasan masing-masing warga negara. Perbatasan yang sempat ditutup juga akan dibuka dalam waktu dekat.

Presiden Republik Angola Joao Lourenço (tengah) bersama Presiden Rwanda Paul Kagame (kedua kanan) dan Presiden Uganda Yoweri Museveni (kedua kiri) setelah menandatangani perjanjian untuk menghentikan permusuhan antara Uganda dan Rwanda, Rabu (21/8). Foto: AFP/JOAO DE FATIMA

Setelah penandatangan, Kagame mengakui tak bisa menyelesaikan masalah perselisihan kedua negara sendirian. Oleh karenanya, ia mengajak Museveni bekerja bersama menyelesaikan persoalan tersebut.

"Mungkin butuh waktu untuk mengerti satu sama lain, tapi saya pikir kami sudah melangkah cukup jauh. Kami akan mengatasi semua masalah," kata Kagame.

Sementara itu, Museveni memastikan usai kesepakatan dicapai negaranya akan berkomitmen penuh untuk mengimplementasikan kesepakatan.

"Kami menyepakati penyelesaian sejumlah masalah, seperti peningkatan keamanan, perdagangan, dan hubungan politik," kata Museveni.